Wahai… sosok
yang ketulusannya hanya mampu dibalas oleh Allah swt. Wahai wanita yang namanya
diagungkan Rasulullah. Bagaimana aku hendak memanggilmu? Dengan bahasa
keagungan apakah aku memberikan penghormatan padamu? Jika Allah dan Rasul saja
telah memuliakanmu. Apalagi aku. Aku adalah budakmu. Perintahkanlah aku. Sepenuhnya Aku
taat dan patuh terhadap titahmu ”Yang Mulia”. Izinkanlah budak ini memanggilmu
dengan panggilan “ibu”
Assalammu’alaikum wr. Wb
Bu…
Ibu, apa kabar? Sehatkan buk?
Aku disini selalu merindukan ibu. Ibulah
yang selalu ku ingat.
Karena ibulah aku kuat, karena ibu aku berusaha untuk tetap bertahan. Sejenak diam mengenang masa
lalu:
Teringat Masa Kecil
Dahulu aku selalu mengajakmu bermain, kemana aku ingin pergi
ibu harus ada disisiku. Pernah suatu kali aku bangun tidur. Melihat ibu tidak
ada di sampingku, rasanya sedih sekali. Di pojokan teras rumah ku meneteskan
air mata. Bertanya-tanya kemanakah ibu? Lama aku menunggu kehadirannya.
Samar-samar dari lorong jalan gang rumah, ku lihat wajah ibuku. Berlariku tanpa
peduli batu. Berlariku tanpa peduli sandal. Berlariku tanpa peduli pakaian. Seketika
air mataku terbang terbawa angin jalanan. “ibu…..” ku peluk ibu. “aku
sayang ibu….., jangan pernah tinggalkan adek sendiri ya buk” isak
tangisku meledak.
Masa
Remaja saat ini.
Ibu bagiku bukan hanya sekedar orang tua. Ibuku adalah
segala-galanya. Ibuku adalah ratu. Ibuku adalah pelindung. Ibuku adalah
bidadari pertama yang selalu mengerti aku; dalam sendu dan rinduku.
Saat ini…… Aku sudah mulai meranjak dewasa buk. Aku melihat
banyak bidadari-bidadari di luar sana! Satu dari semuanya ada yang mirip ibu.
Sayangnya, perhatiannya, lembutnya, baiknya, dan hampir semuanya buk. Tapi…..
aku takut buk. Aku takut jika dekat dengannya, sayangku padamu akan berkurang.
Meskipun engkau pernah bercerita bahwa aku, kelak akan berpisah dari orang tua
untuk membangun keluarga. Ku berharap ibu tidak kesepian saat waktu
itu benar-benar tiba. Karena sampai kapanpun aku tetap sayang ibu.
Terima
kasih Ibu.
Ibu…. Ku tak memiliki lisan piawai dalam merangkai kata indah untuk memujimu. Tapi lisan ini
bersaksi sepenuh hati akan kejujuran yang kumiliki, bahwa engkaulah pahlawanku.
Benar-benar
berkorban pikiran, perasaan, materi dan kekuatan demi keberhasilanku. Ribuan Terima kasih kepadamu ibu.
Ibu… ku tak memiliki uang yang cukup tuk
membahagiakanmu. Engkau juga tahu, bahwa aku selalu mengusahakan itu padamu,
tapi kau menolaknya. Engkau
katakan: “Belajar… lebih utama
untukmu nakku.” Kuamini dan Terima Kasih Ibu.
Ibu…. Nasib adalah perjalanan waktu.
Saat ini nasib sedang menguji dengan kekuranganku. Aku akan berusaha untuk
mengembalikan nasib terhormat kita. Nasib manusia terpilih kita, nasib manusia
yang dititahkan Sang
Pencipta menjadi kholifah. Nasib manusia tercipta dalam sebaik-baik bentuk.
Sedang sekarang. Bersabarlah untuk menunggu masa itu ibu. Semoga doa segera terkabul, agar bisa ku hadiahkan mahkota
penghargaan untuk engkau ibuku.
Maafkanlah
Aku Ibu…
Ibu…. Saat aku kecil adakah aku
menyakitimu sehingga engkau
merasa sakit hati? Jika ada. Sebelum aku tiada. Maafkanlah aku. Karena aku takut engkau
murka denganku; sedang aku belum sedikitpun meminta maaf padamu. Maafkanlah Aku Ibu.
Ibu…. Saat aku lahir di bumi ini. Bagaimanakah
perasaanmu? Jika engkau bahagia. Pastilah aku anak yang paling
bahagia di bumi ini. Mengapa tidak! Aku terlahir dengan kasih sayang yang istimewa dari
kedua orang tua yang sangat luar biasa. Selalu
hadir untuk menampung
keluh-kesah hidupmu. Tapi jikalau
tidak! Maafkanlah aku. Sebab aku takut hidupku akan kelam selamanya. karena
sejak kecil aku telah banyak menyusahkanmu. Maafkanlah Aku Ibu.
Ibu… saat aku dalam kandunganmu, apakah
aku rewel, aku ‘lasak’, aku bandel? Membuat
tidur ibu tidak nyenyak? Ku tahu dari cerita orang-orang. ketika melahirkanku
nafasmu sesak, gerakmu terbatas, badanpun terasa berat. Untuk itu Maafkanlah
Aku Ibu.
Ibu…. Bahkan Setelah kelahiranku, tak
jarang seketika selera
makanmu hilang karena Aku ”puuf”
sembarangan. Di
malam harinya ku bangunkan kelelapan tidurmu, dengan tangisku yang
menjadi-jadi. Jika kebiasaan mengganggu seperti itu, masih engkau rasakan
setelah aku tumbuh besar. Maafkanlah kekhilafanku ibu.
Ibu… Meranjak remaja, adakah hal yang membuatmu terbesit
menyesal melahirkanku? Jika ada, dan ternyata masih tersimpan hingga saat ini. Ku
mohon maafkanlah aku.
Ibu… Adakah kata-kata yang baru kupelajari ini, lancang merobek hatimu? Jika kau tersakiti
dengan kata-kataku ini, kumohon maafkanlah kesalahan lidahku ibu.
Ibu…. Ku berjalan sering arogan, ku bersikap sering congkak, ku berbicara sering meninggi, ampunkanlah jika semua ini tanpa sadar pernah ku
lakukan padamu. Maafkanlah Aku Ibu.
Ibu… Terlalu banyak pengorbananmu
untukku; sedangkan aku belum ada berkorban untukmu. Dari balik tetesan air mata
hati ini. Ingin sekali ku meminta maaf darimu. Maafkanlah Aku Ibu.
Ibu…. Keikhlasanmu berjuang, kerja
kerasmu, usahamu, butiran jagung keringatmu. Benar-benar menjadikanku malu pada
diriku sendiri. Aku malu jika kelak kau tidak merasa bahagia pernah membesarkan
anak seperti diriku. Maafkanlah Aku Ibu.
Bagiku setiap hari adalah
hari ibu. Aku sayang Ibu. I love you Mom.
Sumber Foto: http://mukrominsaleh.blogdetik.com/files/2013/12/ee2761b6234115c384c29ee570101964_ibu.jpg
0 komentar :
Posting Komentar