Iklan Multipleks Baru

KETELADANAN KYAI DAN GURU

"Bondo bahu pikir lek perlu sak nyawane pisan. [KH. Ahmad Sahal]

WAJAH PENDIDIKAN PESANTREN

"Prioritas pendidikan pesantren adalah menciptakan mentalitas santri dan santriwati yang berkarakter kokoh. Dasarnya adalah iman, falsafah hidup dan nilai-nilai kepesantrenan. "

PENGALAMAN UNIK DAN LUCU

"Pekerjaan itu kalau dicari banyak, kalau dikerjakan berkurang, kalau hanya difikirkan tidak akan habis. [KH. Imam Zarkasyi] "

GAGASAN KEMAJUAN UMAT

"Tidak ada kemenangan kecuali dengan kekuatan, dan tidak ada kekuatan kecuali dengan persatuan, da ntidak ada persatuan kecuali dengan keutamaan (yang dijunjung tinggi) dan tidak ada keutamaan kecuali dengan al-Qur'an dan al-Hadits (agama) dan tidak ada agama kecuali dengan dakwah serta tabligh. [KH. Zainuddin Fananie dalam kitab Senjata Penganjur] "

FALSAFAH DAN MOTTO PESANTREN

"Tak lekang karena panas dan tak lapuk karena hujan. [Trimurti] "

NASEHAT, KEBIJAKSANAAN DAN REFLEKSI

"Hikmah ialah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah. (HR at-Tirmidzi). "

BERARTI DAN BERKESAN

"Pondok perlu dibantu, dibela dan diperjuangkan. (KH. Abdullah Syukri Zarkasyi). "

Wednesday, October 25, 2017

Sekolah Menulis Bersama Ma'mun Affany





       Selasa malam, 09 Oktober 2012 adalah menjadi awal pembukaan kursus sekolah menulis bersama Mr. Ma’mun Affany. Bertempat di perpustakaan CIOS awal calon peserta penulis berkumpul, dan akhirnya berkumpul kembali di tempat yang sama untuk tatap muka perdana. Dalam kesempatan kali ini peserta yang hadir berjumlah 17 orang, terdiri dari 15 orang peserta semester 1 dan 2 orang peserta semester 5. Perkumpulan tersebut berlangsung sejak pukul 20.00WIB hingga 21.00WIB tepat. “Dalam pertemuan/ pemberian materi saya usahakan tidak menyita banyak waktu. Karena sebenarnya yang di perlukan adalah latihan yang lebih banyak dan terus-menerus."  Tutur Mr. Ma’mun Affany selaku pelatih kepenulisan.

        “Bebaskan pikiran dan imajinasi kalian, jika melihat suatu benda, coba bertikir dua kali lipat dari orang biasa"  maksud yang kami tangkap dari apa yang beliau sampaikan adalah gambaran bagaimana suatu objek benda tidak langsung dikatakan bentuk aslinya. Akan tetapi lebih kepada ciri-ciri benda tersebut, bertujuan agar orang dapat mengetahui dengan detail akan benda yang di gambarkan. Satu contoh, ketika melihat nenek-nenek apa yang tergambar di benak kalian?"  Tanya beliau kepada para peserta. Dari sekian jawaban ada yang menjawab, rambutnya putih beruban, jalannya bungkuk, pandangan matanya sayu, kulitnya keriput, giginya ompong, tongkatnya menyanggah tubuh.

        Dari sekian ciri-ciri si nenek beliau menggambarkan point-point penting tersebut ke dalam sebuah kalimat aktif yang kira-kira begini: Sejenak aku tertegun ketika melihat seorang nenek berjalan melintasi jalanan, tubuhnya bungkuk, meski tongkatnya kokoh tapi tidak bisa membantunya untuk berdiri tegak seperti dulu, ditambah kulit keriput dan uban yang telah memdominasi menjadikan beliau tampak lebih tua dari perkiraanku sebelumnya." [1] Begitulah kira-kira kursus awal yang di berikan dari pada beliau. Selanjutnya peserta di suruh aktif untuk menuliskan tulisan bebas yang corak awalnya sama dengan yang  telah di sampaikan, tidak usah memakai seluruh panca indra dulu; tidak mesti harus menjelaskan bagaimana suasana yang ia rasakan, dengarkan, atau ia tangkap dari panca indranya yang laen. Jadi sebagai langkah dasar hanya cukup dengan mencoba menulis berdasarkan apa yang di dapat ketika melihat suatu objek.

       Dalam waktu 20 menit, proses latihan perdanapun usai di kerjakan. Mulai dari peserta menuliskan latihan seperti di contohkan sebelumnya, mengumpulkannya dan kemudian di koreksi  beliau. Dari setiap kertas tertulis beragam catatan khusus, salah satu catatan yang paling familiar adalah:"Kurang Fokus!! Pilih satu objek dulu.”  Hal terpenting dari latihan itu kata beliau, “Mencoba terus jangan takut salah. Pertemuan selanjutnya akan kita adakan, jika tulisan kalian untuk sesi pertama ini sudah mencapai batas yang bisa di bilang cukup. Dan hasil nilainya itu akan kalian lihat setiap setelah isya’setelah  setiap paginya kalian mengumpulkan tulisan di tempat yang telah di sediakan secara berkala dan tepat waktu. Latihan akan terus berlanjut hingga nilai perindividunya mendapatkan 9.

Sebelum akhir dari pada pertemuan. Beliau mengevaluasi bahwa:

       “Dari hasil latihan perdana tadi, perlu di ketahui bahwa membedakan bentuk fisik, sifat dan sikap dari satu objek itu perlu, berimajinasilah yang sebanyak-banyaknya, luas tanpa batas karena imajinasi adalah satu modal utama menjadikan tulisan kalian memiliki rasa dan isi sehingga dapat menarik pembaca, karena jika tidak tulisan terasa hambar.”

      “Dalam menggambarkan suasana/objek jangan berpindah ke objek yang lain sebelum hal itu benar-benar tergambar dengan detail dan jelas”
  
       “Pertanyaannya mengapa terkadang orang menulis itu tidak focus? Dan kekurangan bahan?"
(sejenak tampak suasana berfikir para peserta untuk menjawab soal beliau, tapi pada akhirnya beliau sendirilah yang menjawab pertanyaannya tadi) karena hasil imajinasi kita yang sedikit dan proses kepekaan untuk menangkap beragam macam hal di luar dari pada pikiran orang biasa;  itu yang masih minim."


Akhir kata sebagai penutup beliau berpesan:

       “Kalau ada orang lain mengajarkan fiksi dengan cara yang berbeda dari cara ini. Saya katakan  bahwa yang demikian itu juga benar. Sebab, setiap orang memiliki metode masing-masing dalam proses kepenulisannya.”

       Demikian yang bisa kami tulis dalam perjumpaan perdana kali ini. Adapun catatan kedua akan menyusul pada perjumpaan selanjutnya.




[1] Di karenakan tidak sempat menulis kalimat yang langsung dirangkai beliau. Jadi kami mencoba merangkai ulang point-point tersebut semirip tulisan beliau semampu yang kami ingat. Semoga tidak menghilangkan esensi dari pada tujuan kepenulisannya.

Friday, September 29, 2017

Merasa bersalah adalah satu langkah lebih maju.


Teman-teman Publikasi Kampus ISID SIMAN
Berawal dari perkumpulanku dengan teman-teman redaksi publikasi yang berdomisili di kampus Institut Studi Islam Darussalam (ISID) SIMAN-PONOROGO; dalam pertemuan awal selepas pembukaan tahun ajaran baru ini kami bermaksud ingin membicarakan lebih lanjut tentang proker-proker ke depan. Sebagaimana kumpul-kumpul sebelumnya. Tapi malam ini terlihat ada satu hal yang aneh sehingga akupun berusaha mengingat-ngingat kembali ungkapan gamlang dari seorang teman yang juga kakakan kelasku yaitu Mr. Halim. Bukan karena ingin dilaporkan sebagaimana halnya wartawan mengejar berita membuat aku benar-benar bait demi bait perkataanya. Melainkan hanya ingin mendokumentasikan hasil perkumpulan dalam bentuk tulisan yang bisa di share bersama. (Dengan sedikit meninggikan intonasi suara beliau mengatakan:


Begitu ada kesepakatan untuk mengadakan acara, jangan tunggu-tunggu sampai esok. Ada konsep acara langsung lakukan.

Semakin lama kita mengambil keputusan/ berfikir, itu otaknya juga semakin lamban juga.

Kalau mau cepat, kita harus jalan cepat dari sekarang

Merasa bersalah adalah satu langkah lebih maju.

Selepas berakhir perkumpulan tersebut Mr. Halim mengajakku berdialog santai, dengan gorengan tersaji yang tak tersentuh dari tadi mulai kami nikmati kelezatannya dilidah satu demi satu. Dengan santai perbincangan yang menarikpun mulai mengalir diantara kami, sampai akhirnya  beliau pun menceritakan sebab awal mengapa beliau begitu marah di saat perkumpulan tadi.

“Wan dulu ketika ana kumpul seperti ini, untuk membuat buku kecil sebesar note book biasa aja, sampai ‘jidal kalam’ (berlaga argumen) antar teman. Ana dengan alasan agar cetakan bukunya benar-benar komplit meminta agar percetakan buku tersebut di undur 3 hari lagi, bayangkan hanya 3 hari loo,…. Tapi teman ana gak mau,  tetap teman ana bersikeras untuk mencetak buku tersebut. Akhir kata tercetaklah buku tersebut dan memasuki masa penjualan ternyata buku-bukunya laris terjual, penjualan surplus, buku-bukunya terjual dengan amat sangat memuaskan.


       Sejak saat itu ana mengambil keputusan bahwa ternyata “Berfikir Cepat dan Bergerak Cepat Itu Perlu”, tanpa di minta untuk mengaku bersalah ana juga telah merasa bersalah yang harus ente ketahui; merasa bersalah adalah satu langkah lebih maju wan” dan satu lagi wan, dengan jari jemari mulai menggenggam stik PS, dia pun berujar;“hal yang paling enak dalam hidup adalah menyimpulkan segala sesuatu sesuka kita”.

Wednesday, June 14, 2017

Konsep Dasar Ilmu Pendidikan


Setiap orang pada dasarnya pernah mengalami pendidikan, tetapi tidak setiap orang mengerti makna kata pendidikan, pendidik, dan mendidik. Ada dua istilah yang dapat mengarahkan pada pemahaman, yakni kata paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie bermakna pendidikan, sedangkan Paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika paedagogik (Pedagogics) atau ilmu mendidik adalah suatu tatanan sistematis tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi anak atau untuk anak sampai ia mencapai kedewasaan (Sukardjo, 2009:7)

Merujuk pada konsep secara bahasa (lughawiyah) tentang pendidikan, pendidik dan mendidik tersebut, dapat disederhanakan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi bawaan; baik jamani maupaun rohani untuk memperoleh hasil dan prestasi, sehingga ia dapat mencapai kedewasaan. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan masyarakat, di dalamnya terjadi suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan dan mengembangkan hidupnya.

          Pendidikan adalah suatu jalinan atau hubungan antar sesama manusia dengan tujuan tertentu, sebagaimana yang dipaparkan pada pembahasan tetang pengertian pendidikan sebelumnya. Senada dengan itu, pendidikan lebih menekankan pada faktor input, proses dan output sebagai bagian yang sangat penting dalam satuan pendidikan. Untuk menjalankan sistem pendidikan secara utuh, Coombs menuturkan bahwa ada 12 komponen utama dalam pendidikan. Beberapa komponen tersebut: tujuan dan prioritas, pelajar atau peserta, manajemen, struktur dan jadwal waktu, isi bahan belajar, guru dan pelaksana, alat bantu belajar, fasilitas, teknologi, pengawasan mutu, penelitian dan biaya pendidikan.

Satu hal miris ketika teknologi bak air terjun; deras mengalir mengikuti alurnya, akan tetapi tidak berimbang dengan pendidikan yang cendrung stagnan. Tertinggal jauh dibelakang garis ‘start’. Tampak masih di sibukkan dengan pola pendidikan tradisional.

Permasalahan tersebut telah lama menjadi bahan pengamatan para pengarang buku ini yang akhirnya mendorong mereka semakin cepat menuntaskan antologi pembahasan teoritis dan empiris terhadap pendidikan yang terhimpun dalam buku yang berjudul Konsep Dasar Ilmu Pendidikan ini yang saat ini telah dapat dinikmati segenap pembaca.

Titik fokus kajian buku ini sejalan dengan upaya dalam mengatasi permasalahan pendidikan yang cenderung menurun  kualitasnya. Melalui buku ini akan memberikan bekal pengetahuan tentang pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia di era globalilsasi.

Fenomena pendidikan yang cenderung menurun kualitasnya ini sering dijumpai; terutama pada jenjang pendidikan menengah, dimana ada sebagian guru kurang mau memahami latar belakang siswa dan kurang usaha untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya keterkaitan ketiga lingkungan pendidikan (Keluarga, sekolah, dan Masyarakat) dalam perkembangan kecerdasan manusia secara komprehensif.

Terlepas dari pertanyaan siapakah Anda, saya kira kita semua ikut serta berperan aktif dalam memajukan dunia pendidikan. Dimana sebagai langkah awal seyogyanya mengatahui konsep dasar ilmu pendidikan, yang bisa ditemukan dalam buku ini.

Buku Konsep Dasar Ilmu Pendidikan ini adalah sebuah buku yang menawarkan tatanan menarik pendidikan yang kemudian mengorganisasikan segala hal agar sesuai dan cocok terhadap perkembangan dunia ini dan juga perbendaharaan pendidikan yang memang seyogyanya harus di lestarikan dan dikembangkan dengan penuh perhatian dan penuh sikap mental positif.

Buku ini benar-benar manyajikan keilmuan dalam kajian yang lebih mendalam tentang sebuah dasar. Buku ini menganggap bahwa dasar adalah hal urgen yang harus di tumbuh kembangkan, sehingga tercipta sosok baru perubah dan pembela pendidikan tanpa bingung bagaimana disiplin awal dari konsep yang seharusnya bertindak didalamnya.

          Dalam pembagiannya, buku ini di bagi menjadi 9 Bagian. Bagian 1: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan. Bagian 2: Konsep Dasar Pendidikan. Bagian 3: Fungsi Dan Peranan Lembaga Pendidikan. Bagian 4: Pendidikan Sebagai Proses Pematangan manusia. Bagian 5: Aliran-Aliran Pendidikan. Bagian 6: Sistem pendidikan Nasional. Bagian 7: Pendidikan Sebagai Proses Pembudayaan. Bagian 8: Pendidikan Karakter. Bagian 9: Pembiayaan Pendidikan dan diujung dari ulasan diberikan Lampiran-lampiran tentang UUD RI tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Indonesia.

          Buku Konsep Dasar Pendidikan yang diterbitkan bulan Januari 2013 ini, hadir dalam wajah baru, walaupun  ia sebagai dasar bagi pemula namun pembagian sub-sub judul dan juga pembahasannya terasa lebih menjurus dan lebih merujuk pada pokok permasalahan kajian. Ditambah  lagi dengan  konsep-konsep serta jargon-jargon  yang familiar di gunakan bagi tokoh pendidikan  yang di tuliskan dalam kajian tersebut; baik secara verbal maupun tekstual.

Dalam penjelasan sub judul yang luar biasa komprehensifnya. Disini pembaca benar-benar menikmati tatanan rangkaian bahasa penulisannya; sehingga setiap kali membaca tidak terasa sudah berada di halaman terbawah pada setiap lembar barunya. Maka agar lebih baik lagi; jika penjelasan yang sungguh sangat memikat ini sedikit di tambah dengan bukti-bukti emprisis  dan data-data penelitian terbaru bertujuan agar buku ini tersaji lebih memukau lagi.

Demikian resensi singkat yang bisa saya tulis untuk menjelaskan beberapa dari sekian banyak kelebihan buku ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.


Judul           : Konsep Dasar Ilmu Pendidikan

Pengarang   : Prof. Dr. H. Anwar Hafid, M.Pd; Prof. Dr. Jafar Ahiri, M.Pd; Pendais Haq, S.Ag., M.Pd.

Penerbit      : Alfabeta Bandung

Cetakan      : Januari 2013

Tebal          : 208 Halaman, 16X24cm

Peresensi     : Irwan Haryono S / AFI 6



Tuesday, June 13, 2017

Dampak Modernisasi terhadap Dunia Pendidikan di Indonesia

Oleh: Irwan Haryono S/ AFI 6
Mahasiswa Kampus SIMAN Institut Studi Islam Darussalam (ISID)



Menurut bahasa pendidikan itu diartikan menjadi banyak macam: diantarnya sebagai perbaikan diri, penciptaan sosok yang beradab, pembiasaan untuk berakhlak mulia bagi setiap orang, ada juga sebagai penyuci dan penjernihan, dan masih banyak lagi pengertian pendidikan itu sendiri jika boleh kita runut lebih panjang lagi.

            Jika di awal pendidikan sebagai fokus awal maka disini mencoba membongkar apa makna dari modernisasi itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “Modernisasi” adalah Proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntunan masa kini; pemodrenan. Sedangkan menurut wikipedia; “Modernisasi” dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.

 Jadi, modernisasi adalah proses pergeseran sikap dan mentalitas yang merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik. Diungkapkan pula modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang saat ini serta dapat dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari kotametropolitan sampai ke desa-desa terpencil.

            Dalam masa perkembangan dunia yang begitu pesat ini, setiap ada teori, maka konsep dan isi selalu datang untuk mengitarinya. Hingga pada akhirnya. Dampaklah yang timbul, sebagai hasil dari pada aktualisasi nyatanya. Tinggal lagi apakah berdampak positif atau negatif.

            Bercerita tentang dampak: dapat di bagi menjadi dua macam. Yaitu dampak positif dan dampak negatif. Pada dampak positif yang dilahirkan disini pendidikan menjadi lebih komprehensif, lebih mudah di akses, sarana dan prasarana lebih memadai, teknologi sungguh sangat membantu dalam perkembangan inteligensi, pembaharuan dan kemajuan pada ranah yang lebih menjurus lagi. Seperti halnya: kesulitan mencari wawasan tambahan diluar bangku sekolah. Kalau dulu harus pergi ke toko buku; baru bisa mengakses buku-buku penambah gizi serta vitamin buat akal-pikiran, dan kini internet hadir dengan wajah baru yang lebih ramah lagi. Sedang untuk mempermudah membaca dan membawanya kemana saja; teknologi berperan aktif dibelakangnya. Dengan demikian buku-buku, pdf, makalah, artikel, dapat dipergunakan semaunya, kapan saja dan dimana saja, kali ini peran teknologi sungguh teramat sangat membantu.  Hanya tinggal membawa satu tablet/i phone/i pad, maka semuanya dapat teratasi, semua ini adalah wujud positif dari modernisasi dan masih banyak contoh-contoh komunikatif lainnya.

            Jika kita coba fokuskan pada dampak negatifnya, juga akan kita dapatkan bukti otentik yang luar biasa mendalam tentang itu semua. Biasanya disebutkan bahwa dampak dari modernisasi ini berujuk pada 3 sisi dalam kehidupan manusia yang berorientasi pada Style of life (‘jasad’) dalam hal : Fasion, motor. Thinking (‘al’aql’) dalam hal: pola pikir, action, sudut pandang, cara bergaul. dan Faith (‘Ar-ruh’) dalam hal: keimanan, dan kepercayaan yang luar biasa tentang suatu kehebatan.

            Dalam Style: Berapa banyak anak didik termakan/menjadi korban pada modernisasi style tanpa tahu akan eksistensi dari dirinya sebenarnya. Bukankah pelajar berkewajiban belajar bukan berfoya-foya, dan bukan pula fokus pada style: baju yang selalu trendy, motor, mobil, yang begitu menarik dan elegan, gadget, Hp dan elektronik lainnya yang membutuhkan biaya yang tidak murah untuk mengikuti perkembangannya.

Dalam Thinking: Pola pikir dalam kajian filsafat menjadi salah satu ranah utama dan kesehatan perbuatannya. Sebab apa yang di pikirkan itu selalu diaktualisasikan dalam gerak-gerik. Maka jangan heran jika terjadi kekerasan di jalan, tindak-tanduk asusila pada anak dibawah umur, pembunuhan, pencurian, rampok dan lain sebagainya. Semua ini bisa terjadi banyak disebabkan oleh pola pikir yang tidak sesuai dengan koridor kebenaran. Dengan segala bentuk modusnya; manusia terus mengaktualisasikan ide dan gagasannya. Hal yang patut untuk pertama kali di waspadai adalah pola pikir kita. Sebab, hal ini juga merupakan dampak modernisasi yang telah mencuci otak manusia sehingga jauh dari nilai-nilai dan norma-norma yang luhur.

Dalam Faith: Keimanan. Hal ini merupakan hal yang lebih fatal dampaknya jika salah di pahami dan di mengerti seiring perjalanan waktu dan zaman modern yang selalu terus berlari mengejar mimpi; apa itu mimpinya? Kita tidak tahu; berharap bukan bermimpi untuk menghancurkan agama, kepercayaan dan keyakinan di dalam diri manusia beragama, Islam pada khususnya. Sebab “ruh / jiwa keimanan”, sifat dan sikap beragama yang metafisislah yang membuat dunia ini tampak lebih berwarna dari warnanya yang biasa.

            Dari sekian panjang pemaparan dampak positif dan negatif modernitas pendidikan di Indonesia. Perlu adanya rekonstruksi baru dari sikap mental menghadapinya agar pada saatnya nanti dapat meluruskan kesalahan-kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sebagai dampak modernisasi, yang pada intinya bermaksud memperkaya khazanah dan informasi serta memberikan fasilitas yang teramat sangat luar biasa mudahnya.

            Sedang tujuan dari pendidikan tidak terlepas dari 4 hal utama, yaitu sebagai perbaikan diri, penciptaan sosok yang beradab, pembiasaan berakhlak/ bersifat dan sikap karimah, pencerahan dan peningkatan diri menjadi lebih bersih (suci) dan semakin mulia.

            Inilah panduan dasar yang semestinya di pertimbangkan sebelum benar-benar terjun di dunia pendidikan pada era Modernitas yang mewabah meluas seperti ini.

            Untuk itu, solusi yang paling tepat dalam menghadapi dari pada dampak modernisasi terhadap dunia pendidikan di Indonesia ini adalah: menyadari bahwa pendidikan itu akan selalu berubah-ubah mengikuti zaman, untuk itu perlunya persiapan yang lebih intens terhadap Sumber Daya Manusia (SDM)nya dan selalu akan tetap mengatakan bahwa pendidikan adalah hal tertinggi yang harus di pertahankan; sedang mengikuti modernisasi adalah wujud kondisional yang juga harus eksis, setelah kemampuan pemahaman kita benar-benar mendalam tentang itu. Sebab jika modernisasi tidak dibangun diatas landasan pendidikan. Ditakutkan manusia akan goyah dengan perkembangan zaman yang melaju begitu cepat ini, serta ditakutkan juga manusia terbawa arus; tidak dapat menghentikan tingginya amukan badai yang menerpa.

Hingga pada akhirnya perlu juga kita pahami bahwa manusia itu, adalah makhluk konsumtif; tidak akan pernah puas. Selalu ada saja keinginan baru dari waktu ke waktu. Jika satu keinginan sudah di penuhi dan terpenuhi. Akan meminta dan mencari keinginan-keinginan yang baru lagi. Sama seperti “Theory of Hierarchy of Need” (Teori tingkatan kebutuhan) yang selalu disuarakan Abraham Maslow. Jadi hanya perlu: Jaga hasrat dan keinginan agar lebih teratur lagi.

            Dan lagi, untuk mencari solusi dasar dari permasalahan yang mendalam ini dibutuhkan klasifikasi yang begitu sangat matang antara kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Dimana harus lebih mengutamakan prioritas dari yang biasa dan paling urgen dari yang tidak penting, sehingga tercipta suasana baru yang lebih efektif dan efisien.

            Demikian pandangan saya tentang permasalahan ini semoga bermanfaat dan lebih berguna di masa yang akan datang.


Saturday, April 15, 2017

Tetapkan Pilihanmu!


Dalam sebuah kesempatan kita selalu di hadapkan pada banyak pilihan. Apakah itu memilih yang baik dari yang buruk tapi nikmat; memilih yang perhatian dari pada yang acuh tapi kaya, atau memilih yang cantik dari pada yang jelek tapi kuat agamanya. Beribu pilihan selalu saja berseliweran dan pasti akan tetap terus berputar selama nyawa masih ada di jasad fana dunia.

Siapakah kita? Itu lah calon kita. Orang-orang sering berkata demikian, dari mulai orang tua, para dosen, mahasiswa pasca, Doktoral, mayoritas sepakat dengan ultimatum ini, seraya menyejukkan hati dengan mengimbangi  dalam sebuah pesan hangat. “Yakinilah, bahwa ketika kalian bersedia memperbaiki diri kalian. Maka yang baik jugalah yang akan kalian dapatkan.”

Dr. Dihyatun Masqon, M.A -Direktur II CIOS- Dalam tatap muka kemaren malam, ahad, 14/04 pada acara Dialog Interaktif antara mahasiswa ISID dengan USIM,  bertema “yang muda yang berkarya” mengatakan bahwa: “Anda Mahal, maka dari itu jagalah diri Anda, kalau Anda semuanya ingin mendapatkan istri yang baik, you have to start from now! Do’akan hal ini selalu di rumah Allah, bawa do’a ini kemana saja, sampai bila ke Makkah.

Begitu ungkapan singkat beliau menyinggung tentang jodoh, sampai akhirnya beliau mengatakan “saya sendiri tidak menyangka bisa mendapatkan istri yang luar biasa cintanya pada saya."

Bagaimana caranya? Cukup mudah untuk mendapatakannya. Hanya tinggal menjaga diri semaksimal mungkin. Agar benar-benar bisa tetap terjaga. Dalam hal ini : Buk Rosyhda Diana- Dosen ISID (istri Ust Dihyatun Masqon). Berpesan kepada kaum lelaki khususnya: “Wanita itu sebelum menikah, dia menomersatukan orang tuanya, akan tetapi setelah menikah maka dia menomer satukan suaminya. Maka dari itu untuk para calon suami/ calon imam. Matangkanlah diri kalian dalam segi keilmiahan, keilmuan, pergaulan, dan ibadah. Tanamkan sikap dan sifat ingin terus berproses maju.  Saya harus lebih baik dari guru-guru saya, saya harus lebih baik dari dosen-dosen saya. Dan terakhir Jangan bosan-bosan jadi orang baik, dan kita harus menjadi yang terbaik.”

Dua kalimat penuh makna dari pasangan dua sejoli diatas aku rasa cukup untuk menjadikan kita begitu berharga dan sadar akan makna dan tujuan hidup di Dunia. Menjadikan kita selalu ingat bahwa ada saja sebab dibalik akibat dan selalu ada hasil di balik dari pada proses. Maka dengan tujuan jelas untuk mendapatkan kebenaran dan kefokusan dari pada inti tujuan, di butuhkan keistiqomahan untuk tetap berjalan dalam jalan tuhan yang telah disyariatkan, semoga kita mendapatkan perlindungan, karunia serta rahmat Allah SWT yang melimpah dari-NYA. Amin.

Jika dalam hati bertanya dimana pilihan itu berada dan kapan pilihan itu tampak benar-benar ada, kayaknya hanya ada satu jawabannya. Tanyakan langsung dengan sang pencipta seluruh makhluk dan seisinya serta mintalah dari-NYA. Sebab Dialah yang menjaga hati dan raga calon penuntun hati dan penyejuk jiwa yang cocok buat kita. Ilallaahi Nufawwidul amro, ilallah ataghfirullah, ilallah natubu..

Dalam Feed

Dalam Artikel Baru

Display


*PENGALAMAN NYANTRI: Menikmati Setiap Detik Proses Kelak Menjadi Pengalaman Beresensi