Iklan Multipleks Baru

Wednesday, October 21, 2020

Guruku Mengajarkan Literasi Santri


Layaknya guru, tidak ada yang mampu dikomentari muridnya selain ta’zim dan menyimak setiap untaian kata-katanya, sebab tidak keluar darinya kecuali baik, yang dilakukannya juga baik, yang diajarkannya juga baik, yang ditanamkannya juga baik, selalu kebaikan yang diberikan bak hujan deras, muridpun harus sigap mempersiapkan wadah besar dalam akal dan hatinya untuk menanmpung guyurannya.

 

Ku ikuti jejak guruku ini, sejak beliau menjadi santri hingga kini. Waktu itu, beliau duduk di kelas 5 KMI RH sedangkan aku duduk di kelas 3 KMI di pesantren yang sama. Terpaut 2 kelas dari tingkatan akademik. Tidak begitu kenal dengannya selain beliau sosok sederhana, sosok yang selalu tampil apa adanya, tidak begitu menarik dari penampilan, tapi selalu disenangi teman-temannya, tidak selalu ke kantin, tapi selalu datang ‘to’am’ ke hadapannya, dan puncak banjir rizkinya, ketika masa ujian tiba, mendadak menjadi guru bagi teman-temannya, layaknya syaikh yang menguasai segudang ilmu, selalu dikhususkan dan sangat tinggi derajatnya, tidak pernah kekurangan apalagi kelaparan, dengan rizki ilmunya dia menjadi terpilih diantara teman-temannya untuk mendapatkan beasiswa dikelas akhir KMI.  J

 

Sekedar memperkenalkan guruku yang hebat ini:

Beliau adalah Radinal Mukhtar Harahap, orang yang berpenampilan biasa, tapi memiliki ilmu di atas rata-rata orang biasa. Kalau tidak ditanya tidak akan banyak bicara. Hari-harinya banyak dihabiskan berduduk ria menatap layar monitor kesayangannya, begitulah tentangnya sesimpel penampilannya. Jika ingin tahu beliau lebih mendalam, bisa cari tahu lewat medsosnya, dan cuitan-cuitannya. Heheheh… suka-suka, aja bah nulisnya. 

 

Oh ya ada satu rahasia yang belum pernah Aku bongkar dimana-mana tentang guruku ini. Tapi tolong jangan bilang sama siapa-sapa ya, janji ini antara aku dan pembaca saja ya, janji ya… “Baliau pantang melihat peluang dan ide segar, pasti jadi buku”  itulah dia bocorannya, ni kutuliskan list Sebagian buku dan karyanya, mohon maaf tidak bisa seluruhnya, terlalu banyak:

 

1. Menulis Itu Asyik lho! FIkrul Mustanir Surabaya, 2010

2. Peaceful Jihad For Teens, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2011

3. I love Study, QM-Publishing, Medan 2011

4. 5 Jiwa Pemberani, Indie Publishing, Depok, 2012

5. Hammasah, Litbang-Publishing, Medan 2013

6. Asyiknya liburan Santri, Litbang-Publishing, Medan 2014

7. Santri Menulsilah, Litbang-Publishing, Medan 2015

8. Cerita Sejuta Makna, Litbang-Publishing, Medan 2015

9. Kulihat Dalam Dirimu Tanda-Tanda Kebesaran Allah, Maniz for publishing, Medan 2016

10. Pedoman Penulisan Makalah dan Karya ilmiah sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Ar-Raudlatul Hasanah,Medan 2017

.

.

Banyak lagi karya tulis beliau yang lain, bisa dilihat selebihnya di halaman:  v,vi,vii,viii pada karya ter-anyarnya berjudul: “Literasi Santri (Menggagas Budaya Baca-Tulis Islami)” terbit di Rawda Publishing, September 2020.

 

Begitu memegang buku ini, aku langsung bergegas membuka lembaran daftar isi, seketika terkunci 6 judul dari pandanganku, yaitu: 1). Andai Membaca Menjadi lifestyle.. p. 21,  2). Setelah membaca, menulislah… p. 27,  3). Lima Langkah Menulis Apapun… p.55, 4). Menulislah dengan Cinta…89, 5). Jangan berhenti (di) Menulis… p.95 dan terakhir 6). Impian Setiap Penulis… p.101. Membacanya sungguh membuatku bersenyum syukur.

 

Buku ini adalah buku maskotnya para penulis. Jika ingin mencari tips menulis, carilah disini. ingin mendapatkan contoh resensi, ulasan singkat, resume buku, di dalam buku hijau ini banyak contohnya. Beragam jenis tulisan seperti: pemikiran, ilmiah kontemporer sampai cerita motivasi menulispun ada disini. Pesan moralnya sungguh sangat luar biasa, sedikit ku kutip dari ininya halaman 22: “Jika kamu tidak bisa hafal dan paham, maka segudang buku yang kau kumpulkan tidak akan berguna. Apakah kamu membicarakan kebodohan pada suatu majelis sedangkan ilmumu tertinggal di rumah?” 

 

Petikan yang lainnya lagi pada halaman 103, “Sukses tidaknya sebuah tulisan adalah Ketika seorang penulis dapat membaca apa yang ada dipikiran orang lain. Menulis itu untuk dibaca. Menulis itu untuk membaca. Menulis itu untuk dibacakan kembali.”

 

Ku nikmati karya beliau dari waktu ke waktu, seperti merasakan sejuknya udara pagi, selalu ada embun baru di setiap harinya, begitu jugalah dengan karya-karya terbarunya, selalu ada saja ide segar yang siap menyapu kedunguan menjadi pengetahuan yang menyenangkan. 


Karena buku adalah pedoman, pembaca mesti mengenal siapa yang memberi pedoman, karena bila salah intruksi, bisa salah pemahaman, salah pemahaman bisa salah pengerjaan, salah pengerjaan terlalu jauh dari nilai yang ingin ditanamkan. Sedangkan nilai adalah kualitas diri agar tetap ternilai tanpa seri, tanpa bandingan.

.

Mmmmm… rasanya sudah cukup cuplikannya, paling kalau penasaran dengan orangnya, ini aku kirimkan photonya, kalau penasaran dengan suara dan pergerakannya,  bocorannya beliau banyak mengisi pelatihan, dan sudah diundang ke mana-mana, beliau orangnya cinta alam dan kasih sayang sesama manusia lah pokoknya…. Tapi ssssssttt…… Para pembaca, beliau agak ke si doel-doel-an, “ketinggalan zaman.” Masak penulis tersohor gini, belum eksis di youtube… Kan si si doel banget kan? Heheheehe…….  Semoga sang guru membaca tulisan ini sampai habis, sampai di tulisan hijau di atas, agak tebal sih memang, tapi lambang perdamaian ya guru. Heheheheeh  

.


Udahlah ya,… Kepanjangan nulis jadi semakin ngelantur nanti, Pokoknya beliau guru yang sering bermain dibelakang layar dan banyak kali karyanyalah pokoknya. Best for you teacher.

 

Ilustrasi sederhanaku tuk sang guru: “Pabila layar terkembang, gelap ruang penonton, merah layar tirai, putih cahaya ilmu yang akan diberikan.” Terima kasih guru 

Akhir kata, buku ini sungguh sangat luar biasa, sangat menginspirasi, membakar semangat diri, sungguh sangat rugi jika tidak dimiliki.

 

Kepada pembaca Selamat menikmati 

2 comments :

Terima kasih telah mengunjungi dan berkomentar bijak di situs ini.

Dalam Feed

Dalam Artikel Baru

Display


*PENGALAMAN NYANTRI: Menikmati Setiap Detik Proses Kelak Menjadi Pengalaman Beresensi