Iklan Multipleks Baru

Thursday, February 3, 2022

Hidup Ini Adalah Kesempatan


Pagi ini, Kamis, 03.02.2022. Aku sarapan di sebuah warung kecil, sering kami sebut warung nenek aceh. Sebuah warung yang menyediakan sarapan pagi, seperti kue-kue, lontong sayur, lontong pecel, nasi gurih, dan aneka sarapan lainnya. Namun ada yang beda tuk pagi ini tidak seperti biasanya. 

Ada seorang lelaki sedang mengobrol dengan seorang kakek tepat di meja  belakangku; karena suara pembicaraan mereka kuat, Aku yang tak jauh dari mereka terpaksa ikut menyimak pembicaraan yang sangat antusias tersebut, dan semakin lama Aku dengarkan, Aku terkesima, Aku tertarik, dengan itu Aku tuliskanlah catatan singkat ini. 

 

Dari kesimpulan itu Aku mendapatkan 1 ilmu baru bahwa kesabaran itu ternyata bertingkat. Tingkatan pertama adalah kesabaran itu sendiri, tingkat kedua adalah keikhlasan, dan tingkatan ketiga, merupakan tingkatan paling tingginya adalah menghadirkan rasa syukur di setiap keadaan dan kejadian. Bagaimana penjelasannya, akan Aku jelaskan apa yang Aku dengar dengan pengembangan menurut pandanganku.

 

Pertama: Kesabaran. Dalam banyak kasus sabar sering dimaknai dengan dua pengertian umum ‘patience’ dan ‘persistence’. Menurut Iqbal Hariadi (seorang podcaster). ‘Patience’ adalah sabar menunggu sesuatu sampai waktunya tiba, menunggu kapan momen itu datang. Sedangkan ‘persistence’ adalah sabar konsisten melakukan sesuatu sesuai target yang kita inginkan. Karena menurut Iqbal suatu hal yang baik datang di waktu yang tepat. Begitu prinsipnya. Maka dari itu menanamkan kesabaran untuk terus berproses menjadi lebih baik, dari waktu ke waktu dalam menjalani ujian dan cobaan, adalah sabar dalam wujud tahapan pertama.

 

Kedua: Keikhlasan. Banyak orang tidak cukup sabar untuk menghadapi masalah dan menjalani musibah, cenderung mengeluh tak henti-henti, hingga orang sekitar merasa kasihan dengannya, merasa iba dengannya, padahal tidak seperti itu mestinya. Seorang sahabat lama pernah menasehatiku yang nasehat itu juga datang dari ayahnya. "Kalau berpakaian biasa saja tidak mesti mahal, yang penting rapi; sehingga pada saat kita ada atau tidak ada uang, orang tidak mengerti dan juga tidak perlu tahu untuk itu.” Aku sadur dari sana kata-katanya untuk mengungkapkan kata ini: "Jika sedang bahagia biasa saja, jika sedang bersedih biasa saja, orang tidak mesti tahu kapan kamu berbahagia dan kapan kamu bersedih, sebab hakikat kenyamanan hidup adalah saat kamu nyaman menjalani hidupmu sesuai dengan aturan yang kamu buat sendiri, dengan tidak melanggar hak-hak orang lain dan kewajibanmu pada yang lainnya."

 

Semua itu menurutku adalah alur dari sandiwara bumi yang setiap saat silih berganti antara satu personil ke personil berikutnya. Maka jika kamu merasa bersabar saja tidak cukup untuk bisa bertahan dalam posisi sehat akal, jasmani dan rohani; maka ikhlaskanlah semuanya. Ikhlaskanlah semua yang telah terjadi, ikhlaskanlah masa lalu, ikhlaskanlah semua yang telah kamu hadapi, apakah itu musibah ataukah itu ujian, sebab dengan mengikhlaskan itu, kamu jadi lebih mawas diri bahwa kamu adalah manusia biasa. Tidak mampu berbuat apa-apa jika yang Maha Kuasa tidak ridho akan itu semua. Ikhlaskanlah karena Allah, niscaya akan digantikan-Nya sesuai dengan yang kamu butuhkan. Apakah kebutuhan itu kebetulan adalah hal yang kamu inginkan atau malah sebaliknya, namun percayalah Allah tahu mana yang terbaik buat kehidupan hamba-Nya. Wallahu’alam.

 

Ketiga: Kesyukuran. Dalam tahap ketiga ini adalah tahapan terakhir, yaitu tahapan kesyukuran. Yaitu dengan menghadirkan rasa syukur di setiap keadaan dan kejadian. Jika sabar diproses pertama sudah dilewati tapi masih berat, maka naik tingkatlah untuk mengikhlaskan, yang itu merupakan proses kedua dari tahapan bersabar. Jika kedua tahapan itupun juga tidak mampu menentramkan hati, masih terasa lebih berat, maka bersabarlah dengan mengucapkan “Alhamdulillah” dalam setiap apapun hal yang kamu anggap buruk atau tidak baik dalam dirimu. Agaknya bertolak belakang dengan logika, namun memang begitu aturan mainnya, dasarnya adalah: “Kalau kita bersyukur pada nikmat Allah, benar-benar akan ditambahkan Allah nikmat tersebut, namun apabila kita kufur maka azab Allah sangat pedih.”

 

Dengan ketidaktahuanmu atau dengan pengetahuanmu bersyukurlah, maka Allah akan memberikanmu hal yang lebih dari yang kamu pinta dan kamu inginkan, itu sudah janji Allah, dan Allah tidak pernah ingkar janji; yang ketiga ini adalah upaya terakhir dari gawang kesabaran, tidak mampu menahan, tidak mampu diikhlaskan, maka syukurilah, sebab pahitpun yang kamu rasakan; itu adalah nikmat yang hanya diberikan-Nya kepadamu; yang lain belum tentu mampu, yang lain belum tentu kuat, kamu adalah orang terpilih itu. Maka bersyukurlah, Allah swt masih mempercayaimu untuk hak itu. Selanjutnya "wait and see" Allah yang akan menunjukkan keajaibannya. Wallahua'alam.

 

Terima kasih kepada bapak dan kakek yang sudah mengobrol saling nasehat-menasehati dibelakangku, Aku menjadi terinspirasi untuk menulis tulisan ini, selain untukku pribadi, semoga catatan ini juga bermanfaat untuk orang lain. Aamiin Ya Rab.

 

0 comments :

Post a Comment

Terima kasih telah mengunjungi dan berkomentar bijak di situs ini.

Dalam Feed

Dalam Artikel Baru

Display


*PENGALAMAN NYANTRI: Menikmati Setiap Detik Proses Kelak Menjadi Pengalaman Beresensi