Sekolah Menulis
Bersama: “Mr. Ma’mun Affany”
“Bebaskan pikiran dan imajinasi kalian, jika melihat suatu benda, coba bertikir dua kali lipat dari orang biasa" maksud yang kami tangkap dari apa yang beliau sampaikan adalah gambaran bagaimana suatu objek benda tidak langsung dikatakan bentuk aslinya. Akan tetapi lebih kepada ciri-ciri benda tersebut, bertujuan agar orang dapat mengetahui dengan detail akan benda yang di gambarkan. “Satu contoh, ketika melihat nenek-nenek apa yang tergambar di benak kalian?" Tanya beliau kepada para peserta. Dari sekian jawaban ada yang menjawab, rambutnya putih beruban, jalannya bungkuk, pandangan matanya sayu, kulitnya keriput, giginya ompong, tongkatnya menyanggah tubuh.

Dalam waktu 20 menit, proses latihan perdanapun usai di kerjakan. Mulai dari peserta menuliskan latihan seperti di contohkan sebelumnya, mengumpulkannya dan kemudian di koreksi beliau. Dari setiap kertas tertulis beragam catatan khusus, salah satu catatan yang paling familiar adalah:"Kurang Fokus!! Pilih satu objek dulu.” Hal terpenting dari latihan itu kata beliau, “Mencoba terus jangan takut salah. Pertemuan selanjutnya akan kita adakan, jika tulisan kalian untuk sesi pertama ini sudah mencapai batas yang bisa di bilang cukup. Dan hasil nilainya itu akan kalian lihat setiap setelah isya’setelah setiap paginya kalian mengumpulkan tulisan di tempat yang telah di sediakan secara berkala dan tepat waktu. Latihan akan terus berlanjut hingga nilai perindividunya mendapatkan 9.
Sebelum akhir dari pada pertemuan. Beliau mengevaluasi bahwa:
“Dari hasil latihan perdana tadi, perlu di ketahui bahwa membedakan bentuk fisik, sifat dan sikap dari satu objek itu perlu, berimajinasilah yang sebanyak-banyaknya, luas tanpa batas karena imajinasi adalah satu modal utama menjadikan tulisan kalian memiliki rasa dan isi sehingga dapat menarik pembaca, karena jika tidak tulisan terasa hambar.”
“Dalam menggambarkan suasana/objek jangan berpindah ke objek yang lain sebelum hal itu benar-benar tergambar dengan detail dan jelas”
“Pertanyaannya mengapa terkadang orang menulis itu tidak focus? Dan kekurangan bahan?"
(sejenak tampak suasana berfikir para peserta untuk menjawab soal beliau, tapi pada akhirnya beliau sendirilah yang menjawab pertanyaannya tadi) karena hasil imajinasi kita yang sedikit dan proses kepekaan untuk menangkap beragam macam hal di luar dari pada pikiran orang biasa; itu yang masih minim."
Akhir kata sebagai penutup beliau berpesan:
“Kalau ada orang lain mengajarkan fiksi dengan cara yang berbeda dari cara ini. Saya katakan bahwa yang demikian itu juga benar. Sebab, setiap orang memiliki metode masing-masing dalam proses kepenulisannya.”
Demikian yang bisa kami tulis dalam perjumpaan perdana kali ini. Adapun catatan kedua akan menyusul pada perjumpaan selanjutnya.
[1] Di karenakan tidak sempat menulis kalimat yang langsung dirangkai beliau. Jadi kami mencoba merangkai ulang point-point tersebut semirip tulisan beliau semampu yang kami ingat. Semoga tidak menghilangkan esensi dari pada tujuan kepenulisannya.
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan mengunjungi situs ini.