Hidup yang Baik adalah Hidup yang Dijalani Bukan yang Disesali
Menulis adalah hidupku. Banyak keluhan mengeluhkan tentang menulis, tapi itu tidak menarik, karena bagiku menulis itu adalah kehidupan. Memberi satu energi positif, untuk menghadapi apa yang di depan mata. Layaknya hidup yang tidak perlu dikeluhkan cukup disyukuri, begitu juga menulis, tidak perlu dikeluhkan cukup dicoretkan saja. Secara otomatis akan menambahkan rasa abadi dalam kehidupan selanjutnya. Bukankah tulisan lebih bertahan lama dari umur yang tidak tahu kapan akan berakhir?
Jika tidak ingin menulis jangan hidup, jika tidak ingin hidup namun sudah terlanjur diberikan kehidupan, maka hiduplah dengan penuh kehormatan. Berikan yang terbaik bagi keluargamu, lingkaran sahabat terbaikmu, umat manusia, bangsa dan negerimu, syukur-syukur seluruh makhluk di alam semesta dapat merasakannya juga.
Dalam teori menulis, apa yang kamu tulis itu semua penting, ntah tulisan itu tentang hidupmu, kisahmu, masa depan atau masa lalumu, atau aktivitas saat ini yang sedang kamu jalani, atau tentang ide masa depan yang kamu inginkan, yang terpenting adalah bagaimana kamu merekam detik demi detik perjalanan hidupmu di balik sebuah kata, menjalani hari ini dengan penuh kesyukuran bahwasannya hari ini adalah hadiah hidup yang sangat berarti, Itu saja cukup untuk menjadi topik ringan dalam sebuah tulisan.
Selalu ada saja deskripsi berbeda mengenai arti dari sebuah tulisan, atau aktivitas menulis, atau untuk menjadikan itu hoby, sebagaimana kesenangan, sebenarnya bukan kunjungan ke tempat baru yang membuatmu senang, tapi dirimu dengan rasa senangmu yang menjadikannya tampak menyenangkan.
Tanpa kesenangan yang terlahir dari dalam dirimu sendiri, liburan tidak akan menyenangkan. Berliburpun dari ujung Aceh hingga Papua, semuanya akan tetap sama, hampa. Maka jalan terbaiknya adalah tersenyum dan bahagialah, bersenang-senanglah. Tenangkan dirimu setelahnya dan yakinilah bahwa seluruhnya adalah kehidupan yang berproses menjadi lebih baik dari hari ke hari.
Apa hal yang lebih menyenangkan dari pada ketenangan hati?
Adakah suatu aktivitas yang mampu memberikan rasa kedamaian bagi yang melakukannya?
Menulislah jawabannya kawan. Seperti layaknya obat pahit ketika ingin diminum namun begitu tertelan ada rasa tenang tiba-tiba muncul, agaknya demikian dengan menulis, susah ketika awal duduk menuliskan satu kata, namun begitu mencoba tidak satu halaman yang tertulis, berlembar-lembar tertulis melaju berlomba-lomba dengan ombak yang ingin ketepian.
Untuk itu ada 4 hal dasar yang perlu aku terangkan di sini, seputar menulis.
- Pertama, kosongkan pikiranmu dari perspektif buruk terhadap orang lain. Meskipun putusan, penilaian, dan hukuman orang lain terlihat kejam terhadapmu, biarkan saja, ambil hikmahnya dan teruslah berjalan. Akan ada satu masa, dia akan bungkam, terdiam, tak mampu menatapmu bukan karena kau lebih hebat, tapi karena dia salah terhadap putusannya dan dia malu berpapasan denganmu.
- Kedua, tidak usah keluhkan apa yang belum kamu dapatkan. Dalam teori rizki tidak akan ada rezeki yang salah alamat, yang ada adalah rizki yang belum saatnya, maka jika itu tidak didapatkan jangan dikeluhkan, ada banyak bagian menarik lainnya dari hidup ini yang mampu kamu kembangkan, maka jangan ‘stag’ di satu posisi, bergeraklah bumi Allah ini luas.
- Ketiga, jika bergantung pada putusan manusia kamu akan kecewa. Dulu aku belum terlalu memahami kata-kata ini, sampai akhirnya aku paham, bahwa manusia adalah kumpulan dari kebutuhan, kepentingan, dan kemenarikan. Jika tidak termasuk dalam tiga kategori ini, maka jangan berharap banyak, hanya satu dzat yang menerimamu apa adanya, sekotor apapun dirimu, seterjatuh apapun dirimu, seterpuruk apapun dirimu kembalilah pada tuhanmu, ialah Allah swt. Ia akan menerima taubatmu, maka jangan takut dan jangan bersedih. Tuhanmu menciptakanmu bukan tanpa alasan dan tujuan: “Supaya kamu menjalani hidup dengan penuh ketakwaan dan kesabaran.” Kebutuhan, kepentingan dan kemenarikan tidak ada dalam kamus-Nya, yang ada hanya ketaatan dan keistiqomahan melaksanakan kebaikan semaksimal yang kamu mampu, selanjutnya berpasrahlah. Karena itu juga bagian dari ibadah.
- Keempat, berproseslah pada apa yang kamu bisa saat ini. Seiring berjalannya waktu seluruhnya akan berproses menjadi sesuatu yang lebih besar, lebih menarik, dan lebih hebat dari masa ke masa. Jangan berharap malam akan dipercepat, siang akan diperlama agar waktu berkerjamu panjang. Bukan itu, semua faktor eksternal akan tetap begitu adanya, bersifat luaran, dan diluar dari kendali kita, maka sebenarnya yang terpenting adalah jiwamu yang ikhlas dan semua hal baik yang ada dalam dirimu. Itu berlian, jaga itu, rawat itu sebab itulah alasanmu kembali kehadibaan Allah dengan penuh keyakinan dan kecintaan..
Seni menulis pada akhirnya adalah seni berkata lewat kata. Bisa itu mengobati diri dari luka, atau bahkan bangga pada satu situasi yang tak terduga. Karena menulis adalah faktor internal yang telah kita maknai sebagai bentuk kehidupan. Maka hiduplah dalam faktor internalmu dalam versi terbaikmu, selama kamu bertanggungjawab untuk hidupmu. Maka hidupalah dengan tenang.