Iklan Multipleks Baru

Thursday, September 22, 2022

Wajah Pendidikan Pesantren


 

Sebagaimana layaknya wajah, yang selalu terlihat di awal, dan diperlihatkan di depan. Maka seperti itu jugalah pendidikan pesantren. Selalu pendidikan yang dijadikan nilai jual bagi bangsa lain, seraya menjadi pembeda dari lembaga lain; sehingga diupayakan pendidikan pesantren ini, mampu menjadi pendidikan terbaik dalam membentuk generasi yang siap terjun dan berkiprah di masyarakat, agama, bangsa dan negaranya.

 

Meletakkan pendidikan sebagai wajah bagi pesantren, sama halnya menjadikannya pilar terbagunnya pesantren, baik dari sisi internal maupun kepercayaan eksternal. Di sini penulis merangkum wajah pendidikan pesantren ke dalam enam wajah esensial, yaitu: Pendidikan keikhlasan, pendidikan kesederhanaan, pendidikan kemandirian, pendidikan ukhuwah Islamiyah, pendidikan kebebasan dan pendidikan leadership.

 

Pendidikan keikhlasan, ialah pendidikan akan jiwa keikhlasan seseorang. Kyai ikhlas mendidik santrinya, dan santrinya ikhlas untuk taat pada kyainya, sehingga miliu yang tercipta adalah saling percaya, saling yakin dan saling dukung demi satu tujuan perjuangan dan pengorbanan lillah. Tanpa pendidikan keikhlasan jiwa besar untuk berbuat tanpa harap balasanpun tak akan pernah tercipta. Harapannya pola pendidikan Ikhlas ini dapat berjalan dan menjalankan sebuah tatanan pendidikan dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali, bahkan proses tidurpun adalah bagian dari pendidikan keikhlasan itu sendiri. Pola hidup di dalamnya lebih dituntut untuk memberi, bersedekah, mendahulukan kewajiban dari pada menuntut hak-haknya. Maka niat berkorban dan berjuang untuk pesantren, agama, bangsa, dan negara karena Allah swt ialah hakikat kehidupan sesungguhnya.

 

Pendidikan kesederhanaan, ialah pendidikan cara hidup sederhana yang diciptakan pesantren dalam mendidik santrinya syarat akan nilai dan suasana kesederhanaan. Sederhana bukan berarti tidak mampu, miskin, melarat, papa dan tak berdaya. Justru ketika mampu untuk hidup mewah namun tetap memilih untuk sederhana ialah sebesar-besarnya jiwa orang yang bijaksana. Sebab jiwa kesederhanaan itulah yang kelak mudah diisi dengan nilai-nilai yang luhur, kekuatan jiwa, kesanggupan fisik, ketabahan hati dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup. Sebab di balik pola pendidikan inilah muncul sosok yang sederhana dalam penampilan namun besar jiwanya, sederhana dalam ucapan tapi konsisten dalam amalannya, sederhana dalam pola keseharian tapi sungguh-sungguh dalam perjuangannya. Semoga pedidikan ini bisa diterapkan bagi kita bersama.

 

Pendidikan kemandirian. Adalah pendidikan yang mengarah pada pendidikan mentalitas mandiri, di mana santri dan santriwati diharuskan mampu mengurus urusannya sendiri, tidak bergantung oleh siapapun dalam melakukan kewajiban dan kegiatan yang memang haus ia lakukan sendiri. Mental kemandirian ini akan membentuknya agar tidak selalu bergantung kepada orang lain. Nuraninya meyakini cukuplah Allah sebagai tempat berkeluh kesah, cukuplah Allah sebagai tempat kembali, dalam sujud panjang di atas sajadah setiap malam-malamnya.

 

Pendidikan ukhuwah islamiyah. Adalah pendidikan seni dalam merasa, dari pendidikan ini diharapkan santri dapat merasakan kesulitan temannya, sehingga dapat dibantunya. Dari pendidikan ukhuwah Islamiyah ini, secara spontan yang mampu akan membantu yang tidak mampu, yang tahu akan memberi tahu yang tidak tahu, tanpa sekalipun terucap kata meminta, sebab begitulah ukhuwah Islamiyah, mampu merasa sebelum keluh kesah terucap dalam kata dari saudaranya. Harapannya pendidikan ini, dapat terus tertanam bahkan terhujam di sanubari hingga akhir hayat santri.

 

 

Pendidikan kebebasan. Bukanlah mendidik secara bebas tanpa terarah, akan tetapi proses pendidikan kebebasan tanpa menghilangkan hal yang prinsipil sebagai seorang muslim dan mukmin. Sehingga hasil dari pola pendidikan kebebasan ini adalah bertindak sesuai petunjuk ilahi (hidayatullah). Pendidikan ini juga ditanamkan setelah seorang santri dan santriwati memiliki budi yang tinggi atau budi yang luhur nan agung, dan setelah ia berpengetahuan luas pastinya.

 

Pendidikan leadership, adalah proses pendidikan intensif dalam menyiapkan pemimpin masa depan, sebab calon pemimpin masa depan harus mampu menghadapi seluruh persoalan yang dihadapinya, dan anggotanya, baik itu materil maupun non materil. Dari dua persoalan ini, persoalan non materil itu adalah ujian yang benar-benar terasa berat, sebab harus berhadapan pada pola pikir, sikap dan prilaku manusia dalam beragam macam bentuk polanya. Untuk itu dibutuhkan pendidikan leadership yang akan memperkuat daya dorong, daya tahan, daya suai dan daya kreatif pemimpin.

 

Demikian catatan singkat, tentang enam wajah pendidikan pesantren, kiranya dapat sedikit memberikan insight baru bagi teman-teman pembaca. 

 

Terima kasih karena telah membaca hingga baris terakhir ini.

 

 

 

*Sumber Inspirasi dari: 

 

Abdullah Syukri Zarkasyi, Bekal Untuk Pemimpin Pengalaman Memimpin Gontor, Kedua (Pondok Modern Gontor Ponorogo, Jatim: Trimurti Press, 2011).

 

Nur Hadi Ihsan, Muhammad Akrimul Hakim, dan Ahmad Hasan Al-Banna, Profil Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur Indonesia, Kedua (Ponorogo, Jawa Timur: Darussalam Press Pondok Modern Darussalam Gontor, 2006).

 

 

2 comments :

  1. Tulisan yang mencerahkan . . Semoga bisa menghasilkan karya yang luar biasa. .

    ReplyDelete

Terima kasih telah mengunjungi dan berkomentar bijak di situs ini.

Dalam Feed

Dalam Artikel Baru

Display


*PENGALAMAN NYANTRI: Menikmati Setiap Detik Proses Kelak Menjadi Pengalaman Beresensi