Oleh: Irwan
Haryono S/ AFI 6
Mahasiswa
Kampus SIMAN Institut Studi Islam Darussalam (ISID)
Menurut
bahasa pendidikan itu diartikan menjadi banyak macam: diantarnya sebagai
perbaikan diri, penciptaan sosok yang beradab, pembiasaan untuk berakhlak mulia
bagi setiap orang, ada juga sebagai penyuci dan penjernihan, dan masih banyak
lagi pengertian pendidikan itu sendiri jika boleh kita runut lebih panjang
lagi.
Jika di awal pendidikan sebagai fokus
awal maka disini mencoba membongkar apa makna dari modernisasi itu sendiri. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
“Modernisasi” adalah
Proses
pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk dapat hidup
sesuai dengan tuntunan masa kini; pemodrenan. Sedangkan menurut wikipedia;
“Modernisasi” dalam
ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk
transformasi dari
keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan
harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan
makmur.
Jadi, modernisasi adalah proses pergeseran
sikap dan mentalitas yang merujuk pada sebuah bentuk
transformasi dari
keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik. Diungkapkan
pula modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terus berkembang saat ini serta dapat
dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari kota
metropolitan sampai ke
desa-desa terpencil.
Dalam masa
perkembangan dunia yang begitu pesat ini, setiap ada teori, maka konsep dan isi
selalu datang untuk mengitarinya. Hingga pada akhirnya. Dampaklah yang timbul, sebagai
hasil dari pada aktualisasi nyatanya. Tinggal lagi apakah berdampak positif
atau negatif.
Bercerita tentang
dampak: dapat di bagi menjadi dua macam. Yaitu dampak positif dan dampak
negatif. Pada dampak positif yang dilahirkan disini pendidikan menjadi lebih
komprehensif, lebih mudah di akses, sarana dan prasarana lebih memadai,
teknologi sungguh sangat membantu dalam perkembangan inteligensi, pembaharuan
dan kemajuan pada ranah yang lebih menjurus lagi. Seperti halnya: kesulitan
mencari wawasan tambahan diluar bangku sekolah. Kalau dulu harus pergi ke toko
buku; baru bisa mengakses buku-buku penambah gizi serta vitamin buat akal-pikiran,
dan kini internet hadir dengan wajah baru yang lebih ramah lagi. Sedang untuk
mempermudah membaca dan membawanya kemana saja; teknologi berperan aktif
dibelakangnya. Dengan demikian buku-buku, pdf, makalah, artikel, dapat
dipergunakan semaunya, kapan saja dan dimana saja, kali ini peran teknologi
sungguh teramat sangat membantu. Hanya
tinggal membawa satu tablet/i phone/i pad, maka semuanya dapat teratasi, semua
ini adalah wujud positif dari modernisasi dan masih banyak contoh-contoh
komunikatif lainnya.
Jika kita coba
fokuskan pada dampak negatifnya, juga akan kita dapatkan bukti otentik yang
luar biasa mendalam tentang itu semua. Biasanya disebutkan bahwa dampak dari
modernisasi ini berujuk pada 3 sisi dalam kehidupan manusia yang berorientasi
pada Style of life (‘jasad’) dalam hal : Fasion, motor. Thinking
(‘al’aql’) dalam hal: pola pikir, action, sudut pandang, cara
bergaul. dan Faith (‘Ar-ruh’) dalam hal: keimanan, dan
kepercayaan yang luar biasa tentang suatu kehebatan.
Dalam Style:
Berapa banyak anak didik termakan/menjadi korban pada modernisasi style tanpa
tahu akan eksistensi dari dirinya sebenarnya. Bukankah pelajar berkewajiban
belajar bukan berfoya-foya, dan bukan pula fokus pada style: baju yang selalu
trendy, motor, mobil, yang begitu menarik dan elegan, gadget, Hp dan elektronik
lainnya yang membutuhkan biaya yang tidak murah untuk mengikuti perkembangannya.
Dalam Thinking: Pola pikir dalam kajian filsafat menjadi salah
satu ranah utama dan kesehatan perbuatannya. Sebab apa yang di pikirkan itu
selalu diaktualisasikan dalam gerak-gerik. Maka jangan heran jika terjadi
kekerasan di jalan, tindak-tanduk asusila pada anak dibawah umur, pembunuhan,
pencurian, rampok dan lain sebagainya. Semua ini bisa terjadi banyak disebabkan
oleh pola pikir yang tidak sesuai dengan koridor kebenaran. Dengan segala
bentuk modusnya; manusia terus mengaktualisasikan ide dan gagasannya. Hal yang
patut untuk pertama kali di waspadai adalah pola pikir kita. Sebab, hal ini
juga merupakan dampak modernisasi yang telah mencuci otak manusia sehingga jauh
dari nilai-nilai dan norma-norma yang luhur.
Dalam Faith: Keimanan. Hal ini merupakan hal yang lebih
fatal dampaknya jika salah di pahami dan di mengerti seiring perjalanan waktu
dan zaman modern yang selalu terus berlari mengejar mimpi; apa itu mimpinya? Kita
tidak tahu; berharap bukan bermimpi untuk menghancurkan agama, kepercayaan dan keyakinan
di dalam diri manusia beragama, Islam pada khususnya. Sebab “ruh / jiwa keimanan”,
sifat dan sikap beragama yang metafisislah yang membuat dunia ini tampak lebih
berwarna dari warnanya yang biasa.
Dari sekian panjang
pemaparan dampak positif dan negatif modernitas pendidikan di Indonesia. Perlu
adanya rekonstruksi baru dari sikap mental menghadapinya agar pada saatnya
nanti dapat meluruskan kesalahan-kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi sebagai dampak modernisasi, yang pada intinya bermaksud memperkaya
khazanah dan informasi serta memberikan fasilitas yang teramat sangat luar
biasa mudahnya.
Sedang tujuan dari
pendidikan tidak terlepas dari 4 hal utama, yaitu sebagai perbaikan diri,
penciptaan sosok yang beradab, pembiasaan berakhlak/ bersifat dan sikap
karimah, pencerahan dan peningkatan diri menjadi lebih bersih (suci) dan
semakin mulia.
Inilah panduan
dasar yang semestinya di pertimbangkan sebelum benar-benar terjun di dunia
pendidikan pada era Modernitas yang mewabah meluas seperti ini.
Untuk itu, solusi
yang paling tepat dalam menghadapi dari pada dampak modernisasi terhadap dunia
pendidikan di Indonesia ini adalah: menyadari bahwa pendidikan itu akan selalu
berubah-ubah mengikuti zaman, untuk itu perlunya persiapan yang lebih intens
terhadap Sumber Daya Manusia (SDM)nya dan selalu akan tetap mengatakan bahwa
pendidikan adalah hal tertinggi yang harus di pertahankan; sedang mengikuti
modernisasi adalah wujud kondisional yang juga harus eksis, setelah kemampuan
pemahaman kita benar-benar mendalam tentang itu. Sebab jika modernisasi tidak
dibangun diatas landasan pendidikan. Ditakutkan manusia akan goyah dengan
perkembangan zaman yang melaju begitu cepat ini, serta ditakutkan juga manusia
terbawa arus; tidak dapat menghentikan tingginya amukan badai yang menerpa.
Hingga pada akhirnya perlu juga kita pahami bahwa manusia itu,
adalah makhluk konsumtif; tidak akan pernah puas. Selalu ada saja keinginan
baru dari waktu ke waktu. Jika satu keinginan sudah di penuhi dan terpenuhi.
Akan meminta dan mencari keinginan-keinginan yang baru lagi. Sama seperti “Theory
of Hierarchy of Need” (Teori tingkatan kebutuhan) yang selalu disuarakan
Abraham Maslow. Jadi hanya perlu: Jaga hasrat dan keinginan agar lebih teratur
lagi.
Dan lagi, untuk
mencari solusi dasar dari permasalahan yang mendalam ini dibutuhkan klasifikasi
yang begitu sangat matang antara kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.
Dimana harus lebih mengutamakan prioritas dari yang biasa dan paling urgen dari
yang tidak penting, sehingga tercipta suasana baru yang lebih efektif dan efisien.
Demikian pandangan
saya tentang permasalahan ini semoga bermanfaat dan lebih berguna di masa yang
akan datang.