Setiap kali menulis blog ini, rasanya seperti kembali
pada kenangan kemarin sore, masih sangat jelas ingatan itu. Sesaat terbawa melamun ke beberapa tahun silam, sampai akhirnya baru tersadar, ternyata hari, bulan dan tahun bergerak begitu sangat cepat, dan berlalu begitu saja tanpa
terasa.
Teringat setiap kali memasuki awal bulan, rayonku selalu menempelkan
jadwal 'haris maskan' terbaru untuk bulan itu. Tepatnya di tanggal satu setiap awal bulan.
Biasanya kami membacanya dengan riang gembira, apalagi kalau
dapat jadwal 'haris maskan', 2 – 3 kali seminggu. Sueeenengnya luar biasa. Hehehe
Emang yang dikerjakan apa saja?
Namun sebelum menikmati waktu pribadi, harus selesai dulu urusan 'jama’i'. Begitu aturan mainnya. Seperti: menyapu dan mengepel teras rayon, halaman rayon, tangga rayon, rayon dari ujung ke ujung dan
membuang sampahnya ke tong sampah. Mengisi 'birmil' dengan air di rayon, biasanya jumlahnya
ada 6 birmil, (5 birmil dari setiap kamar, dan 1 birmil dari rayon), setelah itu mengelap
kaca kamar-kamar di rayon, mengelap cermin dan lalu barulah bisa bersantai ria.
Apa tidak sayang dengan pelajaran yang tertinggal?
Dalam hal ini biasanya santri terbagi menjadi 2 kelompok. kelompok pertama yang merasa sayang tertinggal masuk kelas, santri kedua yang dengan suka duka menjalaninya.
Memang ada sekitar 8 les yang ditinggalkan jika haris maskan seharian. namun itu tidak jadi masalah bagi santri, biasanya jika satu kali pertemuan tidak hadir, masih bisa
mengejar catatannya bersama teman-teman malamnya atau besok paginya. Yang pasti 'haris maskan' harus aktif bertanya tentang ada tidaknya tugas yang diberikan oleh ustadz/ustadzah di kelas tadi.
Kalau di jadwal 'haris maskan' ternyata yang terjadwal sakit, bagaimana?
Santri selalu banyak opsi dalam menyelesaikan permasalahannya. Untuk persoalan ini biasanya mayoritas 'mudabbir' seringnya memakai 2 opsi ini. Pertama roker dengan teman lainnya lalu melapor ke 'mudabbir'. Kedua dengan cara melapor ke mudabbir langsung dan menyampaikan perihal diri yang kurang sehat, nanti mudabbir yang akan memilih siapa yang akan menggantikan atau menyodorkan kesempatan kepada santri yang lainnya, bagi siapa yang mau haris maskan di waktu itu. Biasanya tak menunggu waktu lama, sudah banyak yang bersedia menggantikan, apalagi kalau hari kamis. Buanyak sekali yang antri.
Kalau tidak mau piket bagaimana?
Tidak ada istilah tidak mau piket, sebab semuanya sudah mendapatkan jadwal. Kecuali ada catatan khusus dari wali kelasnya, yang memang mewanti-wanti anak tersebut agar tidak libur karena piket. Sebab si anak memiliki persoalan kefokusan belajar yang menurun, Maka dia mendapatkan kesempatan untuk tidak dapat kesempatan haris lail. Namun kalau tidak ada 'uzrun syar'i maka tidak ada istilah tidak mau piket. Karena bagi pesantren hal ini juga bagian dari pada pendidikan.
Banyak nilai yang tersirat dari jadwal ini:
Pertama: Semua anggota rayon jadi paham setiap awal bulan ada
jadwal tugas piket yang harus dibaca dan diingat jadwalnya masing-masing, itu
melatih kepekaan terhadap keliling/sekitar.
Kedua: Bagi yang mendapatkan jadwal piket, maka pada hari itu ia mendapatkan amanah besar untuk menjaga keamanan rayon. Biasanya setiap haris maskan 2 orang dari kelas yang berbeda. Jika yang satu ada urusan, maka yang satu lagi tetap menjaga di depan rayon. Sebab apapun bentuk kehilangan di rayon, orang yang pertama kali ditanyai adalah haris maskan.
Ketiga: Bagi yang tidak pernah memegang sapu di rumah, di sini
akan terbiasa dengan sapu dan bahkan tahu cara mengepel lantai bahkan sampai
membersihkan kaca, mengambil air ke dapur dan pekerjaan bersih-bersih rayon yang lain sebagainya.
Keempat: Haris maskan juga bertanggungjawab membawa
makan bagi mereka yang sakit dan tinggal di asrama.
Kelima, keenam dan selanjutnya nampaknya bisa diisi oleh teman-teman di kolom komentar ya.
Nah begitulah obrolan ringan kita tentang haris maskan teman-teman. Suatu aktivitas bersih-bersih satu rayon yang sebenarnya melelahkan, tapi tertutupi dengan hati yang ikhlas dan bahagia menerima jadwal yang telah ditetapkan.
Jika ada ungkapan yang berbunyi "ubahlah lelah menjadi lillah, nampaknya haris maskan udah mempraktekkannya sebelum kata-kata ini viral, bahkan dengan tambahan kata, "lelah menjadi lillah berakhir alhamdulillah..." :)
Terima kasih teman-teman sudah membaca sejauh ini,
Semoga sehat selalu, murah rezekinya, dan sukses dunia
akhirat
Akhir kata. Wassalamu’alaikum wr wb.
* Jama'i: Maslahah Bersama
* Birmil: Jerigen
* Ustadz/Ustadzah: Guru
* 'Uzrun syar'i: Alasan yang masuk akal.
0 comments :
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi dan berkomentar bijak di situs ini.