Iklan Multipleks Baru

KETELADANAN KYAI DAN GURU

"Bondo bahu pikir lek perlu sak nyawane pisan. [KH. Ahmad Sahal]

WAJAH PENDIDIKAN PESANTREN

"Prioritas pendidikan pesantren adalah menciptakan mentalitas santri dan santriwati yang berkarakter kokoh. Dasarnya adalah iman, falsafah hidup dan nilai-nilai kepesantrenan. "

PENGALAMAN UNIK DAN LUCU

"Pekerjaan itu kalau dicari banyak, kalau dikerjakan berkurang, kalau hanya difikirkan tidak akan habis. [KH. Imam Zarkasyi] "

GAGASAN KEMAJUAN UMAT

"Tidak ada kemenangan kecuali dengan kekuatan, dan tidak ada kekuatan kecuali dengan persatuan, da ntidak ada persatuan kecuali dengan keutamaan (yang dijunjung tinggi) dan tidak ada keutamaan kecuali dengan al-Qur'an dan al-Hadits (agama) dan tidak ada agama kecuali dengan dakwah serta tabligh. [KH. Zainuddin Fananie dalam kitab Senjata Penganjur] "

FALSAFAH DAN MOTTO PESANTREN

"Tak lekang karena panas dan tak lapuk karena hujan. [Trimurti] "

NASEHAT, KEBIJAKSANAAN DAN REFLEKSI

"Hikmah ialah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah. (HR at-Tirmidzi). "

BERARTI DAN BERKESAN

"Pondok perlu dibantu, dibela dan diperjuangkan. (KH. Abdullah Syukri Zarkasyi). "

Saturday, September 26, 2015

Buya Hamka Engkaulah Kakekku.

Menangis hati membaca tulisanmu, bergelora jiwa menikmati setiap kata dari untaian manis kitab-kitabmu, laksana air hujan turun di tengah teriknya siang, lantunan irama tulisanmu menghilangkan dahaga yang mendera.
Rindu rasa hati ingin mengikuti pengajianmu. Ku dengarkan lantunan bait-bait syahdu perkataanmu, ku kumpulkan semua kisah kehidupanmu, sampai kini ku tahu kau adalah adalah insan sholeh yang di turunkan Allah untuk kami yang semoga bisa meniti jejak langkah kakimu.
Pesanmu akan ku jadikan pengobat jiwa kek. Masih ku ingat bait demi bait: "yang diobat ialah yang sakit. Kesehatan jiwa tak ubah dengan kesehatan tubuh kasar jua, diukur panas dan dinginnya. Misalnya, panas manusia yang biasa ialah 36-37, lebih dari itu terlalu panas, dan kurang dari itu terlalu dingin. lebih atau kurang dari 36-37 menunjukkan kesehatan badan telah hilang. Haruslah cukup pada jiwa 1 kesehatan: 
1. Syaja'ah, berani pada kebenaran, takut pada kesalahan.
2. 'Iffah, pandai menjaga kehormatan bathin.
3. Hikmah, tahu rahasia dari engalaman kehidupan.
4. 'Adaalah, adil walaupun kepada diri sendiri"
(4 sifat inilah pusat dari segala budi pekerti dan kemuliaan. dari yang 4 inilah timbul cabang yang lain-lain. Dan itulah  keempat-empatnya yang dinamai keutamaan)"  p. 149
Ingin ku lihat langsung raut wajahmu. Ku baca guratan ketegaran dalam tulisanmu. ku saksiakan sosok karang yang bertahan di tengah tabrakan badai ombak yang terus berganti menghujam, ku ingin belajar dan terus belajar darimu kek. tentang semua bekal kehidupan yang seharusnya aku gunakan untuk menghadapi dunia dengan segala dinakamikanya.
Karyamu indah, jiwamu hidup walaupun kau telah tiada. Itulah kehebatan dan luar biasanya dirimu, engkau adalah suri tauladan yang tak lekang oleh waktu. 
Kek, dari harta peninggalan buku dan tulisanmu aku belajar pemikiran dan pola pikirmu. semoga aku kelak bisa sepertimu dari lahir dan batinku, dari semangat dan juangku, dari ibadah dan ketaatanku, dari lubuk hati terdalam aku ingin bercerita tentangku diatas pangkuanmu kek.
Kek, cucumu boleh bertanya padamu kek? Apakah boleh ku habiskan masa mudaku untuk mengejar semua angan dan impianku kek? Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa menjadi seperti yang aku inginkan. Aku ingin mengejar apa yang aku cita-citakan, aku ingin menjalani hidupku sesuai yang selama ini aku rencanakan. Cucumu merindukan engkau yang luar biasa.


Medan Sunggal, 26 September 20
15
cucu rindu kakek.

Saturday, September 12, 2015

Aku Bukan Penulis Hanya Ingin Bercerita.


Satu yang bisa ku lakukan hanya bercerita. Aku berkisah tentang banyak kejadian, tlah ku alami beribu halang rintang, tidak satupun yang aku tahu maknanya. Sampai ku putuskan untuk mencari makna dari setiap hidup yang telah aku jalani yang kini telah 24 tahun berlalu.

Ku cari-cari apakah kelebihanku, ku cari lagi dimanakah kelebihanku, sampai akhirnya aku menganggap yang ada di dalam diriku semuanya biasa, aku bukanlah siapa-siapa, tidak ada yang bisa dibanggakan dari diriku, tidak mampu memberi apa-apa selain hanya sebuah hal yang biasa.

Lama aku bergelut dengan prasaan yang semraut ini, tapi lambat laun aku sadar dan tahu bahwa apa yang aku kerjakan ini adalah kesalahan besar yang sama sekali tidak boleh aku tumbuh kembangkan.

Ada sebuah istilah yang berucap “Air laut asin sendiri, kalau tidak mengasini sendiri siapa lagi” sebuah hipotesa dari perjalanan hidupku yang baru sesaat, ternyata hidup ini, tidak lebih dari perjuangan yang harus memiliki sikap mental percaya diri yang kuat. 

Orang minder akan melihat orang yang percaya diri itu sombong, tapi orang yang memiliki semangat juang dan jiwa kompetisi akan mengatakan itu adalah sikap modal pertama keberhasilan.

Sampai saat ini aku juga tidak mengetahui apa sebenarnya aku, di manakah letak kelebihanku, yang aku tahu aku hanya suka menulis, suka merangkai puisi, mendokumentasikan sesuatu yang ku anggap unik, mengunjungi pantai, menikmati suasana hening damai, aku suka desain, aku suka menggambar, aku suka gitar, aku suka buku-buku motivasi, aku suka movie survival dan banyak hal yang aku suka, sampai aku sendiri bingung di mana letak kelebihanku sebenarnya.

Sekarang karena aku bukan siapa-siapa, sudihkan pembaca membantu aku untuk menilai dan memberikan aku masukan.

Sebenarnya siapakah aku?

Apakah kelebihanku? 

Dimanakah bidang yang bila ku kembangkan akan membahagiakan orang di sekelilingku? 

Apakah yang harus aku lakukan agar setiap yang mengingat namaku selalu bangga pernah mengenal diriku?


Banyak hal yang aku dapatkan di atas perahu yang telah berlayar 24 tahun ini. Satu diantaranya pelajaran yang sangat berarti bagiku. 

"Bahwa sehebat apapun kita, sekaya apapun orang tua kita, seluas apapun ilmu yang kita punya, tetap selama label manusia masih tertempel di kening kita, seyogyanya tidak boleh berhenti belajar dan tidak henti-henti untuk mencari jati diri. Sebab jati diri itu bukan harga mati yang harus dijunjung tinggi, melainkan proses dari sikap mental yang harus dimuhasabahi, karena boleh jadi selama ini kita salah menempatkan diri, sehingga menghasilkan out put yang juga masih ambigu."

Menurutku jati diri harus terus di upgrade setiap hari. ialah kelak yang akan menentukan bagaimana nilai diri ini, pada akhirnya nilai diri tersebutlah yang harus di pertahankan sampai mati. Biasa di sebut orang-orang “Harga Diri”

Sebagian ada yang berteriak, aku telah menemukan jati diriku, inilah aku dengan segenap kekurangan dan kelebihanku. Kalau itu memang benar adanya, syukur alhamdulillah selalu kita senandungkan. Namun jika tidak, segeralah sadar, perjalan hidup masih panjang; belum terlambat jika ingin memutar arah sambil terus berdo’a semoga ajal tidak segera menjemput nyawa.

Faktanya banyak dari kita masih berkutat dalam identitas bukan jati diri. 

Bukankah identitas kita selalu berubah seiring bertambahnya usia? 

Sejak awal lahir berstatus bayi; memiliki keahlian tangis yang membuat orang-orang sekeliling perhatian, berubah ke identitas anak-anak, remaja, berkeluarga; mulai memiliki identitas baru. Suami/istri, punya anak mulai menyandang kata-kata ayah/ibu, sampai memiliki cucu, menjadi kakek dan nenek, dan kelak ketika menerima jemputan malaikat Izrail menjadi sebutan almarhum/almarhumah. Ketika itu identitas kita berhenti sebagai makhluk yang telah menyelesaikan misi hidupnya sebagai identitas yang selalu berubah di bumi ini.

Jika aku katakan aku bukan penulis.
Aku hanya ingin bercerita.
Apakah aku boleh bercerita untuk kisahku yang berbeda?



Saturday, February 7, 2015

Menapaki Awal Perjuangan Intelektual

Juma’t, 06 Februari 2015

Pelepasanan adalah tradisi pondok setiap kali ada keberangkatan romobongan. Salah satunya rombongan PKU yang dipimpin langsung dengan Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi. Dalam pesannya beliau mengatakan: “Jangan mudah-mudah emosi ketika persentasi, sebab  jika tidak emosi logika akan kuat;  sedang jika tidak ia akan menjadi ngadat/terhenti. Ketika persentasi, pembicara harus menyesuaikan dengan keadaan audiens jika audiensnya anak-anak bagaimana, jika anak pondok bagimana, jika menghadapi orang luar bagaimana. Dengan pesan itu kami mengetahui kapan sekedar hikayah bisa menjadi lebih bermakna, dan kapan isu pemikiran menjadi isu pembicaraan yang menarik dan kapan juga   Dilanjutkan 2 pesan penting dari Dr. Dihyatun Masyqon: “Pertama. Harus meluruskan niat. Kedua. Anggap semua yang akan terjadi nanti adalah sebuah perjuangan.” Dan sebagai penutup. Ust. Khoriul Umam.menambahkan bahwa “saat ini adalah titik puncak kedekatan antar antum akan benar-benar terjalin, jika dulu hanya sekedar dekat saat seperti ini akan menjadi lebih dekat” dan terkhir beliau menambahkan dalam hal teknis seperti: keharusan moderator adalah dari rombongan kita. Dengan tujuan kitalah nanti yang akan menguasai panggung. Begitulah nasehat awal keberangkatan. Dari 3 fungsionaris aktif pascasarjana Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor .Jum’at, 06/02.

Makan malam kami adalah makanan yang sederhana. Sebuah warung pinggir jalan “Pecel Lele “Putri Pertama” Jl. Raya No. 159 Kd. Mulyo Nganjuk. Tlp. 0358-551022” memberikan menu biasa yang cukup nikmat di lidah. Nasi putih, daging bebek goreng dan ayam goreng diletakkan di atas piring bata tradisionil yang di penuhi sambal ulek, dan 3 potong timun seger, tak lupa pula apapun makanannya minumnya tetap es jeruk. Namun disini bukan makanannya yang jadi inti tapi keserasian makanannya itu yang unik. Intruksi Bana (Koordinator rombongan) “ust. Kita makannya harus muttafaq tidak boleh ada ikhtilaf” hehehe... nampaknya perkara qoth’i dan tsubut bakal bertambah nie.

Perjalanan kami hari ini cukup panjang. Berangkat dari jam 15.30WIB. sampai ke tujuan tepat pukul 00.08WIB. perjalanan sekitar 8 ½ jam lebih. Bercerita tentang perjalanan tadi selaku penikmat jalanan yang di dalam bus, kami hanya mampu menyaksikan suasanan lalu lintas yang terkadang macet, awan mendung, di beberapa tempat turun hujan. Hingga awan gelap menguasai langit; matahari hilang terbitlah rembulan. Perjalanan panjang yang cukup mengasikkan. Dan Alhamdulillah kami semua saat ini telah sampai di tujuan.

Hikmah perjalan hari ini: “Kebersamaan akan semakin kental, ketika kita merasa sama sepenanggungan; senang kita gembira, sedih kita saling menghibur sesama”. “Amiin... Allahumma amin, Mudah-mudahan langkah perjalanan ini menjadi langkah awal kalian menjadi orang yang besar” mengutip pesan Dr. Dihyatun saat pembekalan.


Monday, January 12, 2015

Pengalaman Menjadi Khatib di Mimbar Masjid ISID Gontor; Fadhilah Hari Jum’at



Khutbah Pertama:
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.  يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. أما بعد

أَيُّهَا المُصَلّوْنَ رَحِمَكُمُ الله إِنْ شَاءَ الله
في مُحْكَمِ كِتَابِهِ:{ياَ أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِي لِلصَّلاةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ{9} فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ}{10}(سورة الجمعة).

فِيْ هذِه الآيةِ الْكَرِيْمَةِ يَأْمُرُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عِبَادَهُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِذَا سَمِعُوْا نِدَاءَ يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَنْ يَسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى، إِلَى عِبَادَةِ اللهِ تَعَالَى، إِلَى أَدَاءِ صَلاَةِ الْجُمُعَةِ وَأَنْ يَدَعُوا الْبَيْعَ وَالشِرَاءَ فَإِنَّ ذلِكَ خَيْرٌ لَهُمْ وَأَرْجَى لَهُمْ عِنْدَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَأَعْوَدُ عَلَيْهِمْ بِالْبَرَكَاتِ وَالْخَيْرَاتِ وَالْحَسَنَاتِ، فَإِذَا أَدَّوُا الصَّلاةَ وَفَرَغُوْا مِنْهَا فَلْيَنْتَشِرُوْا فِي اْلأَرْضِِ لِقَضَاءِ مَصَالِحِهِمْ وَلْيَطْلُبُوْا مِنْ فَضْلِ اللهِ تَعَالَى فَإِنَّ الرِّزْقَ بِيَدِ اللهِ وَحْدَهُ وَهُوَ الْمُنْعِمُ الْمُتَفَضِّلُ الَّذِيْ لاَ يُضِيْعُ أَجْرَ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً صَالِحًا مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ فَمَنِ الْتَزَمَ ذلِكَ نَالَ ثَوَابًا عَظِيْمًا وَحَازَ أَجْرًا مُفَضَّلاً عَمِيْمًا، وَمَنْ لمَ ْيَفْعَلْ فَقَدْ فَوَّتَ عَلَى نَفْسِِِهِ هذَا الْفَضْلَ الْكَبِيْرَ فَإِنَّ فَرِيْقًا مِنَ النَّاسِ يُؤْثِرُوْنَ الدُّنْيَا الْفَانِيَةَ عَلَى اْلآخِرَةِ البَاقِيَةِ وَيَنْصَرِفُوْنَ إِلَى مَتَاعٍ زَائِلٍ فَيُشْغِلُهُمْ ذلِكَ عَنْ أَدَاءِ صَلاَةِ الْجُمُعَةِ بِغَيْرِ عُذْرٍ فَيَكُوْنُوْنَ بِذلِكَ قَدْ وَقَعُوْا فِي الْوِزْرِ لِأَنَّ تَرْكَ الْجُمُعَةِ بِغَيْرِ عُذْرٍ مِنَ الْأَعْذَارِ الْمُسْقِطَةِ لِوُجُوْبِهَا عَنِ الْمُؤْمِنِ حَرَامٌ وَالْعِيَاذُ بِاللهِ تَعَالَى.

فَمَا بَالُ أُنَاسٍ تَفُوْتُهُمُ الْجُمُعَةُ بَعْدَ الْجُمُعَةِ فَلاَ يُحَاسِبُ الوَاحِدُ مِنْهُمْ نَفْسَهُ بَلْ يَغْرَقُ فِي الْمَعَاصِي وَالْمُوْبِقَاتِ فَلْيَتَدَارَكْ مَنْ كاَنَ هذَا حَالُهُ نَفْسُهُ بِالتَّوْبَةِ إِلَى اللهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَلْيَكُنْ حَرِيْصًا عَلَى أَدَاءِ صَلاَةِ الْجُمُعَةِ وَسِمَاعِ الْمَوْعِظَةِ وَاْلإِرْشَادِ مِنَ الْخَطِيْبِ لِيَسْتَنِيْرَ قَلْبُهُ بِنُوْرِ الْهُدَى وَتَطِيْبَ نَفْسُهُ بِكَلاَمِ الْخَيْرِ وَيَسْتَفِيْدَ مِنْ بَرَكَاتِ الْجُمُعَةِ فَإِنّهُ لاَ يَخْفَى أَنَّ لِلْخُطْبَةِ اْلأُسْبُوْعِيّةِ وَالتَّذْكِيْرِ وَاْلوَعْظِ اْلمُتَكَرَّرِ أَثَرًا عَظِيْمًا فِيْ إِصْلاَحِ النُّفُوْسِ وَتَقْوِيْمِ اِعْوِجَاجِهَا، وَصَلاَةُ الْجُمُعَةِ تَزِيْدُ اْلمُجْتَمَعَ الإِسْلاَمِيَّ تَرَابُطًا وَتَآلُفًا يَلْتَقِيَ فِيْهَا أَفْرَادُهُ عَلَى الْخَيْرِ وَيَتَعَاوَنُوْنَ عَلَى اْلبِرِّ وَالتّقْوَى فَيَتَفَقّدُ أَحَدُهُمُ الْغَائِبَ وَيُعِيْنُ الْمُحْتَاجَ وَيَعُوْدُ الْمَرِيْضَ وَيُصْلِحُ بَيْنَ الْمُتَخَاصِمِيْنَ وَيَبْذُلُ النَّصِيْحَةَ لِلْمُقَصِّرِيْنَ وَيَتَعَلّمُ اْلآدَابَ اْلإِسْلاَمِيّةَ الرَّاقِيَةَ الَّتِيْ تَكُوْنُُ ثَمْرَتُهَا اْلأَمَانُ وَالسَّلاَمُ فِيْ الْمُجْتَمَعِ .

وَلْيَعْلَمْ إِخْوَةَ اْلإِيْمَانِ أَنَّ لِيَوْمِ الْجُمُعَةِ فَضَائِلَ عَظِيْمَةً وَمَزَايَا عَدِيْدَةً وَرَدَتْ فِيْ أَحَادِيْثِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمِنْ ذلِكَ مَا رَوَاهُ مُسْلِمٌ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ وَزِيَادَةُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ" وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قالَ: "الصَّلَوَاتُ الخمسُ, والْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ, وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ, مُكَفِّرَاتٌ, لِمَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ اْلكَبَائِرَ" رواهُ مسلمٌ .

فَأَيُّ خَيْرٍ هذَا وَأَيُّ بِرٍّ وَغَنِيْمَةٍ تَحُوْزُهَا أَخِيْ المُسْلِمَ إِنِ الْتَزَمْتَ بِمَا جَاءَ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فِيْ أَمْرِ الْجُمُعَةِ فَأَدَّيْتَهَا عَلَى وَجْهٍ صَحِيْحٍ وَكَمْ هُوَ أَحْسَنُ وَأَحْسَنُ أَنْ تَحْرُصَ أَيْضًا عَلَى مُرَاعَاةِ تَطْبِيْقِ السُّنَنِ وَاْلآدَابِ فِيْ هذَا اْليَوْمِ اْلعَظِيْمِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِهذِهِ الْفَرِيْضَةِ الْعَظِيْمَةِ فَتَغْتَسِلَ وَتَلْبَسَ ثِيَابًا بَيْضَاءَ نَظِيْفَةً وَتَجْعَلَ عَلَى بَدَنِكَ الطِّيْبَ وَتُكْثِرَ مِنَ الصَّلاَةِ عَلَى النَبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُبَكِّرَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَتَعْتَكِفَ فِيْهِ لِلّهِ تَعَالَى مُنْتَظِرًا الصَّلاةَ فَتُفَرِّغَ قَلْبَكَ مِنْ شَوَائِبِ الدُّنْيَا وَتَجْعَلَ رَغْبَتَكَ طَاعَةَ اللهِ وَمَرْضَاتَهُ ثُمَّ تَنْصَتَ لِلْخَطِيْبِ بِسَكِيْنَةٍ وَوَقَارٍ وَقَلْبٍ حَاضِرٍ وَاعٍ مُدْرِكٍ لِمَا يُقَالُ لِتَكُوْنَ اْلمَوْعِظَةُ فِيْ نَفْسِكَ أَبْلَغَ .

فَعَنْ سُلَيْمَانَ اْلفَارِسِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَومَ الْجُمُعَةِ وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيْبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ثُمَّ يُصَلِّيْ مَا كُتِبَ لَهُ ثُمَّ يَنْصَتُ إِذَا تَكَلَّمَ اْلإِمَامُ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ اْلأُخْرَى" رواهُ البخاريُّ .

فَيَا أَخِيْ اْلمُسْلِمَ كُنْ حَرِيْصًا عَلَى حُضُوْرِ صَلاَةِ الْجُمُعَةِ، حَرِيْصًا عَلَى التَّبْكِيْرِ إِلَيْهَا، حَرِيْصًا عَلىَ مُرَاعَاةِ الآدَابِ وَالسُّنَنِ اْلمُتَعَلِّقَةِ بِشَأْنِهَا، وَافْعَلِ الْخَيْرَ فَإِنَّ طُرُقَ الْخَيْرِ كَثِيْرَةٌ، وَاعْلَمْ مَعَ مَا ذُكِرَ أَنَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ هُوَ أفضلُ أَيَّامِ اْلأُسْبُوْعِ عَلَى الإِطْلاَقِ وَأَشْرَفُهَا فَقَدْ رَوَى مَالِكٌ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فِي اْلمُوَطَّإِ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيْهِ خُلِقَ ءَادَمُ وَفِيْهِ أُهْبِطَ مِنَ الْجَنّةِ وَفِيْهِ تِيْبَ عَلَيْهِ وَفِيْهِ مَاتَ وَفِيْهِ تَقُوْمُ السَّاعَةُ". وَرَوَى أَبُو دَاوُدَ فِيْ سُنَنِهِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ أَفْضَلَ أَيَّامِكُمْ يَوْمُ الْجُمُعَةِ".

أَيُّهَا المُصَلّوْنَ رَحِمَكُمُ الله إِنْ شَاءَ الله
فَيَوْمُ الْجُمُعَةِ إِذَنْ هُوَ أَفْضَلُ أَيَّامِ اْلأُسْبُوْعِ كَمَا أَنَّ أَفْضَلَ أَيَّامِ العَامِ يَوْمُ عَرَفَةَ، وَيَوْمُ الْجُمُعَةِ هُوَ يَوْمُ عِيْدٍ لِلْمُسْلِمِيْنَ، هُوَ خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ وَفِيْهِ سَاعَةٌ يُجَابُ فِيْهَا الدُّعَاءُ كَمَا جَاءَ فِي اْلحَدِيْثِ الصَحِيْحِ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهِيَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ اْلإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلاةُ . فَعَنْ أَبِيْ بُرْدَةَ بْنِ أَبِي مُوْسَى الأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنهُ قاَلَ : "قَالَ لِي عَبْدُ اللهِِ بْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: أَسَمِعْتَ أَبَاكَ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَأْنِ سَاعَةِ الْجُمُعَةِ قَالَ: قُلْتُ نَعَمْ سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ : هِيَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ اْلإِمَامُ إِلَى أنْ تُقْضَى الصَّلاَةُ " رواه مسلمٌ .

اللَّهُمَّ وَفِّقْنَا لِلطَّاعَاتِ فِي هذَا الْيَوْمِ الْعَظِيْمِ وَاسْتَجِبْ دُعَاءَنَا بِحَقِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عليهِ وسَلَّمَ  يآأَكْرَمَ اْلأَكْرَمِيْنَ .

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.










Khutbah ke dua
الحَمْدُ لِلّهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَ الشُّكْرِ لَهُ عَلَى توفيقِه و امْتِنَانِهِ، أشْهَدُ أنْ لاَ إلهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه تَعْظِيْمًا لِشَأنِهِ وَ أشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلَى رِضْوَانِهِ. اللّهُمّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى هذَا النَّبيِّ الكرِيْمِ وَ عَلَى آلِهِ وَ أصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلى يَوْمِ الدّيْنِ. أمَّا بَعْد

Kaum muslimin yang berbahagia ..

        Hari Jumat mempunyai kedudukan tersendiri di dalam Islam, baik dari sisi keutamaan, sejarahnya dan juga disyariatkan amal-amalan sunnah yang berlipat ganda pahalanya. Diantara hadits dan riwayat yang menyebutkan hal tersebut antara lain :

Hari Jumat sebagai Hari Terbaik dan bersejarah

        Dari Abi Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: (Hari terbaik terbitnya matahari adalah pada hari jum’at, pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu pula dimasukkan ke dalam surga dan pada hari itu tersebut dia dikeluarkan dari surga) (HR. Muslim).
       
 Kemudian, Hari Jumat sebagai Hari Raya bagi kaum Muslimin

        Di antara keutamaan hari Jumat adalah Allah subhanahu wata'ala menjadikan hari tersebut sebagai hari raya pekanan bagi kaum muslimin. Dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya hari ini adalah hari raya, Allah menjadikannya istimewa bagi kaum muslimin, maka barangsiapa yang akan mendatangi shalat jum’at maka hendaklah dia mandi”. (HR. Ibnu Majah)

Dan selanjutnya hari jumat adalah Hari yang dipenuhi dengan doa yang mustajabah

        Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah radhhiyallahu a'nhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya pada hari jum’at terdapat satu saat tidaklah seorang muslim mendapatkannya dan dia dalam keadaan berdiri shalat dia meminta kepada Allah suatu kebaikan kecuali Allah memberikannya, dan dia menunjukkan dengan tangannya bahwa saat tersebut sangat sedikit. ( HR. Muslim no: 852 dan Al-Bukhari no: 5294)

Semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan keberkahan bagi kita dalam mengisi dan mengoptimalkan amalan-amalan baik pada hari Jumat yang mulia ini.

فَاعْلَمُوْا أنّ الله َأمَرَكُمْ بِأمْرٍ بَدَأ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَ ثَنىَّ بِمَلاَئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ فَقَالَ عَزَّ مَنْ قَائِلِ إِنَّ الله َوَ مَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلى النّبِي يَأيّهَا الّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى نَبِيَّنَا مُحَمَّد و عَلَى آلِهِ وَ صَحَابَتِهِ وَ مَنِ اهْتَدَى بِهَدْيِهِ وَ اسْتَنَّ بِسُنّتِهِ إِلى يَوْمِ الدِّيْنِ. ثُمَّ اللّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَ عُمَر و عُثْمَان و علي و على بَقِيّةِ الصَّحَابَة وَ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ عَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن.

اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَ اْلمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الأمْوَات.
اللّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَ المُسْلِمِيْن وَ أهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِيْن وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أعْدَاءَ الدِّيْن
اللّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَ شُكْرِكَ وَ حُسْنِ عِبَادَتِك
اللّهمَّ إِنَّا نَسْألَُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَ العَفَافَ وَالغِنَى وَحُسْنَ الخَاتِمَةِ
اللّهُمَّ اغْفِرْ لنَاَ وَلِوَالِدِيْنَا وَ ارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا
ربَّناَ هَبْ لَنَا مِنْ أزْوَاجِنَا وَ ذُرِّيَاتِنَا قُرَّةَ أعْيُنٍ وَ اجْعَلْنَا لِلمُتّقِيْنَ إِمَامًا
ربَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أنْتَ الْوَهَّاب
رَبَّناَ آتِنَا فِي الدُّنياَ حَسَنَةً وَ فِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَ الإِحْسَانِ وَ إِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى و يَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَ اسْألُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَ لَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر وَ اللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ




Sunday, January 11, 2015

Catatan Sore

Sore adalah waktu santai penuh senyum di tunggu-tunggu banyak orang. Terakhir ku mendengar orang-orang pergi ke pantai melihat sunsite; itu sore.  Setiap  bulan puasa, senin-kamis perencanaan membeli ta’jil berbuka; sekali lagi dibeli setiap sore. Ketika hawa panas siang mulai membumbung orang-orang selalu berucap; enaknya nanti sore minum air degan ni ah…. Sekali lagi itu sore. Jadi sore adalah waktu santai multiaktifitas. Sore adalah sumber inspirasi. Waktu termahal yang di berikan Allah setiap harinya. Pernah merasakan udara? Nah, seperti itulah permisalannya.

          Sore itu ku pilih berduduk santai di bangku depan kamar, sambil menatap indahnya mentari sore, ku tuliskan bait-bait jawaban dari pertanyaan yang bersemanyam di benakku, berikut dia:

 Siapakah orang yang berhasil itu?
Ku ingin mengatakan bahwa di balik ciri tanda orang berhasil  adalah kumpulan orang biasa yang memilih menjadi luar biasa bukan memilih sama atau di bawah rata-rata. Mereka melakukan APA YANG SEHARUSNYA DIKERJAKAN, bukan apa yang mereka mau lakukan. Proses belajar tiada henti menjadikannya produktif, proaktif, aktif dan tidak pasif. Terlatih berfikir inovatif dan kreatif dalam mengambil keputusan. Mereka lebih tertarik pada apa yang efektif ketimbang pada apa yang mudah tapi hanya fiktif. Dan Rajin serta disiplinlah satu-satunya prinsip progresif kehidupannya. [Demikian keberhasilan membeberkan resep rahasia merayu mendapatkan hatinya].

Dimanakah diri Anda seharusnya ?
Teringat perkataan kakakan kelas dari Gersik “Setiap kali ada orang yang berbicara tentang apapun itu; seperti seminar-seminar, pelatihan-pelatihan, uji keterampilan, uji skills atau bahkan ketika menghadapi penilaian orang terhadap saya sekalipun. Saya selalu memberi ruang pada diri saya sendiri. tidak akan terpengaruh. Hingga akhirnya kemampuan menyaring nilai postif dan negative terbangun. Yang baik bisa di ambil, sedangkan yang buruk bisa di buang. Sebab tidak bisa dipungkiri. Setiap orang tidak semuanya memiliki jalan hidup yang sama. Masing-masing berbeda kisahnya, berbeda juga masalahnya. Maka tak heran cara pandang dan cara menjalani hidupnya juga berbeda. Karena memang diri sendirilah yang lebih mengetahui diri pribadi.

Saya harus bagaimana?
Saya bukan orang hebat. Saya tidak punya beribu kesempurnaan. Satu pekerjaan yang saya wajibkan hanyalah menyelesaikan apa yang telah saya mulai. Dan berusaha mencapai apa yang telah saya inginkan. Kebahagiaan saya sebenarnya adalah ketika mampu untuk terus belajar. Sebab nikmatnya pencapaian tidak saya rasakan kecuali dari proses yang begitu pahit. Teringat satu pesan dari pengelana kehidupan “Kalian disebut gagal jika kalian berhenti sebelum sampai tujuan. Demikian juga sebaliknya. Disebut berhasil manakala tujuan tercapai. dan sebaik-baik keberhasilan adalah keberhasilan yang bisa dirasakan orang lain.

UNIDA, 10 Januari 2015. 17.30WIB 

Friday, January 2, 2015

Gender dan Demokrasi

Buku seri Demokrasi ini diterbitkan oleh program sekolah demokrasi yang diselenggarakan atas kerjasama public Policy Analysis and Community Development Studies (PLaCID’s) Averroes dan komunitas Indonesia untuk Demokrasi (KID). Bertujuan untuk membantu masyarakat menemukan jati dirinya secara otonom dengan memberikan bantuan pemahaman atas segala problema yang terjadi dalam bingkai social-budaya. Selain itu untuk memberikan dasar-dasar pemahaman yang kritis dan untuk membangun wacana yang mandiri di dalam masyarakat agar mereka bisa mengelola segenap persoalannya sendiri tanpa ada intervensi atau campur tangan secara paksa dari pihak-pihak lain.

            Setelah dibuka dengan kata pengantar dari Heri Setiono sebagai Koordinator Program Sekolah Demokrasi, ia menyatakan buku ini sebagai bagian dari upaya untuk membangun wacana kritis rakyat dalam hal interaksi penting antara perjuangan gender dengan gerakan demokrasi. Kemudian di jelaskan dalam hal yang sama dengan Dr. Umi Sumbulah, M.Ag. dengan cara menjelaskan Konsep Dasar dan Perbedaan antara Seks dan Gender, Variasi Makna Gender, Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender, dan beberapa sub judul lainnya, yang akhir kata pengantarnya beliau menyampaikan bahwa dengan berkembangnya masyarakat, peran-peran yang dijalani oleh perempuan dan laki-laki tidak lagi hanya ditentukan oleh kebudayaan, tetapi juga oleh ideologi yang dominan pada suatu masa dan oleh faktor-faktor sosial, politik dan bahkan juga ekomoni.

            Buku yang dijadikan satu tema ini, bisa dikatakan juga Bunga Rampai, karena pada tiap bagiannya memiliki seorang penulis sendiri yang menjelaskan secara lebih mendetail. Dibagian pertama dari buku ini tersaji tulisannya Happy Budi Febriansih berjudul “Isu Gender Dan Demokrasi”. Bagian kedua, tentang “Pengarusutamaan Gender Dalam Perspektif Pembangunan Nasional” oleh Childa Maulina. Bagian ke 3, M. Miftah  Wahyudi menjelaskan tentang “Gender dan Pendalaman Demokrasi Multikultural”. Bagian 4, Siti Nurhidayati menjelasakan tentang “KDRT dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Perempuan dan Kekerasan Di Indonesia”. Bagian 5, Zulvina Nurida Anom memberikan prosentase berkaitan tentang “Anggaran Responsif Gender Di Kabupaten Malang”
           
            Ketika membaca kata pengantar tampak bahwa tulisannya teramat sangat menyodorkan sisi perbedaan-perbedaan antara lelaki perempuan. Baik itu dalam hal sosial, budaya, bahkan antara fitrah penciptaan laki-laki dan perempuan itu sendiri. Terkesan memberikan fakta bahwa wanita teramat sangat tertindas dari segala aspek, padahal tidak demikian jika kita tinjau dari sisi agama, betapa mulianya wanita dalam pandangan agama Islam dan juga betapa tingginya derajat pria di gambarkan di sana sebagai sosok yang bertanggungjawab memperhatankan hidup keluarganya.

            Dari kajian buku ini, tampak beberapa hal hilang, kurang banyak menjelaskan tentang kesamaan dan keserasian yang harus di paparkan dari itu semua, terutama dari sisi syariat agama, maka untuk pembaca pemula di sarankan untuk membaca pengantar buku tentang pengertian gender, sejarahnya dan juga kajian feminisme sebelum membaca buku ini, bertujuan agar dapat seimbang untuk menilai satu permasalahan berdasarkan pondasi yang jelas. Tidak baru mendapatkan pengertian gender disini.  


Judul buku    : GENDER dan DEMOKRASI
Penyunting      : Saiful Arif
Pengarang       : Happy Budi Febriasih
Penerbit           : Malang, Averroes Press
Cetakan           : Pertama, Januari 2008

Tebal               : 113 Hlm, 14x21 cm

*Sumber Foto: http://www.simpuldemokrasi.com/wp-content/uploads/simpuldemokrasi/cover-buku-sekolah-demokrasi/8.jpg

FEMINISME DAN FUNDAMENTALISME ISLAM


Dalam buku ini Moghissi menolak pendapat yang menyatakan bahwa dengan bercadar perempuan mendapat perlindungan dari hasrat seksual laki-laki. Di samping itu ia juga mengemukakan tentang kritisismenya terhadap fundamentalisme dan posmodernisme sekaligus. Posmodernisme dan fundamentalisme, bukanlah jalan terbaik untuk memecah kebekuan. Lalu, buku ini memberikan perspektif bagaimana kebekuan itu supaya mencair. Sehingga upaya membangun dan mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan kaum perempuan menjadi lempang.
Buku ini mengemukakan 3 poin yaitu. Pertama adalah soal pandangan Moghissi terhadap fenomena anti orientalisme –poskolonialisme akibat pengaruh Edward Said di dalam kajian Islam dan gender di negara-negar Timur Tengah, (tak terkecuali hal ini juga merambah Indonesia). Kedua, pandangan Kritis Moghissi atas persoalan fundamentalisme Islam yang menurutnya mendapat supportive thingking dari posmodernisme. Ketiga adalah pandangan Moghissi mengenai feminis Islam, mengulas tentang kemungkinan-kemungkinan dan batasan-batasan feminisme Islam.
Ide penulisan tentang feminisme dan fundamentalisme Islam ini muncul oleh kegelisahan yang dialaminya selama beberapa tahun sejak dia menyaksikan dan mendengarkan perbedabatan-perdebatan akademis seputar tema feminisme dan fundamentalisme Islam. Salah satu gugatan Haideh Moghissi yang dipahat kuat dalam pengantar buku ini, adalah:
 “Selama berabad-abad lamanya, seksualitas dan tingkah laku perempuan menarik perhatian laki-laki (Muslim); kepentingan-kepentingan dan tulisan-tulisan dari laki-laki telah membatasi kehidupan perempuan dan partisipasi penuh mereka dari urusan –urusan publik….”

 Pada kajian sederhana buku ini tidak salah kiranya Haideh Moghissi curhat tentang apa yang ia rasakan sebagai penduduk  asli yang disuruh hengkang. Seorang perempuan Iran yang harus meninggalkan hak dasarnya untuk hidup (right to live and life) di negerinya sendiri beralasan karena hak dasar yang dimikikinya dianggap bertentangan dengan misi syari’ah Islam. Disini yang perlu diluruskan adalah bagaimana dasar yang dia inginkan, dan bagaimana dasar yang di syariatkan dalam Islam. Sebab dari penjelasan di buku ini, jelas tergambar hal yang biasa natural dan disayariatkan dalam Islam seperti seorang istri tinggal di rumah menjaga rumah, harta suami dan anak menjadi permasalahan bagi mereka, bagaiamana ceritanya, jika terjadi begini lantas Islam yang disalahkan bukankah ini penyimpangan yang harus di luruskan maknanya.
Oleh sebab itu buku ini tidak layak sebagai rujukan, hanya cocok sebagai bacaan ringan mengetahui curhatan seorang wanita yang mengharapkan keadilan dan kesamaan menurutnya sendiri. Boleh jadi baginya ini masalah besar karena menyangkut tentnag perasaan dan kesedihan yang mendalam. Dan butuh sambungan tangan hangat sebagai pembelaan. Namun bagi kita ini hanyalah hal biasa. Sebelum membaca buku ini saran kami, mari buka mata terlebih dahulu untuk menangkap sisi yang janggal dari penjelasan nya yang mengkritisi syariat Islam yang telah sangat indah mengatur agama kita. Jangan serta merta menerima.

Sebab tampaknya kaca mata yang digunakan untuk melihat ini tampaknya kaca mata hitam, ditambah pisaunya pisau tumpul untuk menganalisis permasalahan secara lebih mendalam.


Judul buku    : FEMINISME DAN FUNDAMENTALISME ISLAM
Pengarang       : Haideh Moghissi
Penerbit           : Yogyakarta: LKIS
Cetakan           : Pertama, Januari 2005

Tebal               : 288 Hlm, 14,5x21 cm

*Sumber Foto: https://ecs3.tokopedia.net/newimg/cache/300/product-1/2014/10/1/201801/201801_9be0cf46-4948-11e4-9231-38b74908a8c2.jpg

Thursday, January 1, 2015

DOMINASI MASKULIN

       
Dominasi Maskulin adalah sebuah analisis etnografi terhadap pembagian kerja berbasis gender yang berlaku dalam masyarakat Qubail yang merepresentasikan tradisi budaya Mediterania. Dalam buku ini, Pierre Bourdieu menawarkan instrumen untuk mengungkap struktur simbolik dari pemahaman bawah sadar androsentris yang bersemayam di alam pikiran kaum laki-laki maupun perempuan di masyakarat kita. Bourdieu menganalisis dominasi maskuin sebagai wujud paradigmatik dari kekerasan simbolik, semacam kekerasan yang tak kasat mata, halus namun pervasif yang sering kali mendapat persetujuan dari pihak yang akan dikuasai. Untuk dapat memahami wujud dari dominasi maskulin ini, Bourdieu melakukan suatu studi sejarah mengenai dehistorisasi melalui lembaga-lembaga sosial seperti keluarga, sekolah, gereja maupun negara yang mengabadikan kuasa laki-laki yang arbitrer.
Buku ini terbagi menjadi 3 bab bahasan, pada bab pertama, Gambaran Besar. Menjelaskan Konstruksi Sosial Tubuh, Inkorporasi Dominasi, Kekerasan Simbolik, Perempuan dalam Ekonomi Harta Simbolik, Virilitas dan Kekerasan.  Bab kedua, Anamnesis Tentang Konstanta-Konstanta Yang Tersembunyu. Meliputi tentang Maskulinitas sebagai Kebangsawanan, Menjadi Feminin sebagai Menjadi Dilihat, Visi Feminin tentang Visi Maskulin. Bab ketiga, Keajengan dan Perubahan. Merupakan pendalaman tentang Kerja Historis Dehistorisasi, Faktor-Faktor Perubahan, Ekonomi Harta Simbolik dan Strategi-Strategi Reproduksi serta Kekuatan Struktur.
            Buku yang berjudul dominasi Maskulin ini adalah hasil terjemahan, karena berbeda bahasa, permasalahan memahami buku ini menjadi kompleks. Permasalahan bahasa menjadi hal utama yang harus diperhatikan. Dari tata bahasa, penggunaan bahasa, pengkaitan istilah dan juga logika berfikir untuk menjelaskan inti pemikiran buku ini serasa masih ‘jelimet’ sehingga sulit untuk dipahami dalam waktu yang relatif singkat, dibutuhkan ketelitian dan kesabaran untuk meneliti apa maksud dari makna setiap kalimatnya, hal ini disebabkan begitu banyaknya ide yang dimasukkan kedalam satu paragraf.

Menurut kami, buku ini tidak cocok dibaca bagi kalangan awam yang baru memasuki pemahaman akan dunia feminisme. Sebab istilah yang digunakan di dalamnya bukan istilah familiar yang biasa di dengar, akan tetapi istilah asing, yang butuh membuka kamus untuk mengetahui maksud istilah tersebut, bertujuan agar akurat informasi dan pemahaman yang di dapatkan. 


Judul Terjemahan    : DOMINASI MASKULIN
Judul Asli                    : La Domination Masculine
Pengarang                   : Pierre Bourdieu
Penerjemah                  : Stephanus Aswar Herwinarko
Penerbit                       : Yogyakarta: Jalasutra
Cetakan                       : Pertama, Juli 2010
Tebal                           : 180 Hlm, 14x21 cm

Sumber Foto: https://s4.bukalapak.com/system/images/3/9/0/0/2/3/4/medium/Dominasi_Maskulin_-_JLS.JPG

المصالح المرسلة


تعريفها:
المصالح المرسلة : المصالح جمع مصلحة، والمصلحة لغة منفعة. والمراد بها جلب المنفعة ودفع المضرّة. والمرسلة أي المطلقة أو غير المقيدة.
والمصلحة المرسلة في اصطلاح الأصوليّين هي المصلحة التي لم يشرع الشارع حكما لتحقيقها ولم يدلّ دليل شرعيّ على اعتبارها ولا إلغائها. وسميت مطلقة لأنها لم تقيد بدليل اعتبارٍ أو دليل إلغاء.
توضيح هذا التعريف، أن تشريع الأحكام لا يقصد به إلا تحقيق مصالح النّاس أي جلب نفع لهم أو دفع ضرّ عنهم أو رفع حرج عنهم. ومصالح الناس كثيرة متنوّعة غير متناهية متجدّدة بتجدّدة أحوال الناس ومتطوّرة باختلاف البيئات والأزمنة. فالمصالح التي شرع الله أحكام لتحقيقها ودلّ دليل على اعتبارها تسمي المصلحة المعتبرة. مثل حفظ حياة الناس، شرع الله له إيجاب القصاص، وحفظ مالهم، شرع الله له حدّ السرقة.
        والمصالح التي شرع الله أحكاما لإلغائها ودلّ دليل علي إهدارها تسمّى المصلحة الملغاة. وذلك كمصلحة آكل الربا في زيادة ثروته[1] ومصلةِ المريض اليائس من شفائه أو من ضاقت به سبل العيش في انتحاره أو مصلحة السارق في حصوله علي الأموال، ومصلحة شارب الخمر في التمتع بشربه، ومصلحة المرأة في مساواتها للرجل في مِلْكِيَّةِ حقّ الطلاق أو سلب حق الرجل في تعدّد الأزواج.
        وأما المصالح التي لم يشرع الشارع حكما لتحقيقها ولم يقم دليل شرعيّ على اعتبارها أو إلغائها فيسمّي المصلحة المرسلة. وذلك كجمع الصحف المتفرّقة في مصحف أحد في زمن أبي بكر رضي الله عنه وكتابة المصاحف وتفريقها على البلاد الإسلامية في عهد عثمان وكاتّخاذ السجون وجعل النقود وإنشاء المستشفى وحبس المتَّهَم والقصاص على الجماعة بسسب تعاونهم على قتل الواحد.

حجّيّتها:
اختلف العلماء في حجية المصلحة المرسلة:
1)   ذهب بعض العلماء إلى أنّ المصلحة المرسلة لا يبنى عليها تشريع. نُسِبَ هذا القول  إلى الحنفيّة والإمام الشافعي رضي الله عنه. واستدلّوا على ذلك بأمرين:
1.   إن الشريعة رَاعَتْ كلّ مصالح الناس بنصوصها وبما أرشدت إليه من القياس. والشارع لم يترك الناس سدًى ولم يهمل أية مصلحة من غير إرشاد التشريع لها. فلا مصلحة إلاّ ولها شاهد من الشارع باعتبارها أو إلغائها.
2.   إن التشريع بناء على مطلق المصلحة فيه فتح لباب الأهواء من الوُلاة والأمراءِ ورجال الإفتاء الذين قد يغلب عليهم الهوى وتختلف في تقديرهم المصالحُ. ففتح باب التشريع لمطلق المصلحة فتح لباب الشرّ. 
2)   وذهب جمهورعلماء المسلمين إلى أن المصلحة المرسلة حجة شرعية يبنى عليها تشريع الأحكام. نسب هذا إلى مالك و أحمد رحمهما الله. واستدلّوا على ذلك (أ) بأن مصالح الناس تتجدد ولا تتناهى، ولو اقتصر التشريع على المصالح التي اعتبرها الشارع فقط لعطل كثير من مصالح الناس في مختلف الأزمنة والأمكنة، وهذا لا يوافق ما قصد بالتشريع من تحقيق مصالح الناس. (ب) بأن الصحابه والتابعين شرعوا أحكاما كثيرة لتحقيق مطلق المصلحة وعملوا أموراً لمطلق المصلحة لا لتقدّم شاهدٍ بالاعتبار. كجمع أبي بكر الصُحُفَ المتفرقة التي كانت مدوناً فيها القرآنُ ومحاربة مانعي الزكاة، ووَقْفِهِ تنفيدَ حدّ السرقة في عام المجاعة وغير ذلك. وهذه المصالح التي شرعوا بناء عليها الأحكامَ هي المصالحُ المرسلةُ.

شروط الاحتجاج بها:
والعلماء الذين يحتجّون بالمصلحة المرسلة اشترطوا في بناء الأحكام عليها شروطا ثلاثة:
1)   أن تكون المصلحة حقيقيّة وليست وهمية. أي أن تشريع الأحكام عليها يجلب نفعا أو يدفع ضرراً. كسلب الزوج في تطليق زوجته وجعل حقّ التطليق للقاضي فقط.
2)   أن تكون المصلحة مصلحةً عامّة وليست شخصية بحيث بناءُ الأحكام عليها يجلب نفعا لأكبر عددٍ من الناس لا لأفراد قلائل منهم كمصلحةٍ خاصّة لأمير أو عظيم دون جمهور الناس.
3)   أن لا يعارض التشريع بهذه المصلحة حكما شرعيّا ثبت بالنصّ أو الإجماع. فلا يصحّ – مثلا- اعتبار المصلحة التي تقتضي مساواة البنت والابن في الإرث. لأنّها معارضة لنصّ القرآن.




[1] هذه المصالح ألغاها الشارع لما فيه ضرر واضح في مال النّاس وحياتهم.

Dinamika Kehidupan Keagaman Di Era Reformasi

Buku ini merupakan laporan lengkap hasil kegiatan penelitian pembimbingan yang telah dilaksanakan dalam tahun anggaran 2009.

Buku ini menyajikan hasil penelitian peserta bimbingan penelitian sehingga hasilnya cukup variatif, karena masing-masing peneliti memilih obyek studi dengan berbagai pertimbangan masing-masing. Hasil penelitian yang dihimpun dalam buku ini adalah seagai berikut:

1.      Hubungan LSM-pemerintah, dimana dalam posisinya masing-masing telah cukup berperan dalam upaya pemeliharaan kerukunan umat beragama di Indonesia.

2.      Komunitas Betawi mampu mempertahankan tradisi agamanya, karena semua tradisi itu dikemas dalam bentuk kegiatan keagamaan sebagai bagian dari kepercayaan dan ajaran agama yang harus diamalkan.

3.      Dan keragaman dalam pandangan aktivitas dan tokoh musim di Depok terkait dengan pemahaman tentang HAM, kebebasan beragama dan berkepercayaan. Ada informan yang berpandangna ingklusif dan ada pula yang eksklusif. Informan yang berpandangan inklusif menerima gagasan universal HAM termasuk ketnentuan kebebasan beragama atau bekepercayaan. HAM. Tidak perlu dipandang sebagai konsep yang bertentangan dengan Islam. Informan yang berpandang eksklusif menggunakan alasan teologis dan historis. Secara teologis Islam meiliki sumber autentik yang dapat dijadikan legitimasi penerimaan umat Islam terhadap HAM, yakni al-Quran. Empat, lima dan seterusnya dapat di baca pada pengantar.

Demikian semoga buku ini bermanfaat untuk kepentingan penelitian di kemudian hari dan dapat menambah wawasan bagi para pembaca umumnya, dan khususnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi kebijakan pemerintah. Instansi terkait dalam pembinaan kehidupan beragama dan berdemokrasi di negeri ini.  


Judul buku    :Dinamika Kehidupan Keagaman Di Era Reformasi
Pengarang       : Abd. A’la
Penerbit           : Kanisius
Cetakan           : Lima, 2013
Tebal               : 158 Hlm, 14,5x21 cm

* Sumber Foto: http://simbi.kemenag.go.id/pustaka/index.php/pustaka-islami/lainnya/115-damaikan-kehidupan-keagamaan-di-era-reformasi

Dalam Feed

Dalam Artikel Baru

Display


*PENGALAMAN NYANTRI: Menikmati Setiap Detik Proses Kelak Menjadi Pengalaman Beresensi