Iklan Multipleks Baru

KETELADANAN KYAI DAN GURU

"Bondo bahu pikir lek perlu sak nyawane pisan. [KH. Ahmad Sahal]

WAJAH PENDIDIKAN PESANTREN

"Prioritas pendidikan pesantren adalah menciptakan mentalitas santri dan santriwati yang berkarakter kokoh. Dasarnya adalah iman, falsafah hidup dan nilai-nilai kepesantrenan. "

PENGALAMAN UNIK DAN LUCU

"Pekerjaan itu kalau dicari banyak, kalau dikerjakan berkurang, kalau hanya difikirkan tidak akan habis. [KH. Imam Zarkasyi] "

GAGASAN KEMAJUAN UMAT

"Tidak ada kemenangan kecuali dengan kekuatan, dan tidak ada kekuatan kecuali dengan persatuan, da ntidak ada persatuan kecuali dengan keutamaan (yang dijunjung tinggi) dan tidak ada keutamaan kecuali dengan al-Qur'an dan al-Hadits (agama) dan tidak ada agama kecuali dengan dakwah serta tabligh. [KH. Zainuddin Fananie dalam kitab Senjata Penganjur] "

FALSAFAH DAN MOTTO PESANTREN

"Tak lekang karena panas dan tak lapuk karena hujan. [Trimurti] "

NASEHAT, KEBIJAKSANAAN DAN REFLEKSI

"Hikmah ialah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah. (HR at-Tirmidzi). "

BERARTI DAN BERKESAN

"Pondok perlu dibantu, dibela dan diperjuangkan. (KH. Abdullah Syukri Zarkasyi). "

Monday, August 21, 2023

Pengalaman Nyantri: Hidup yang Baik adalah Hidup yang Dijalani Bukan yang Disesali

Hidup yang Baik adalah Hidup yang Dijalani Bukan yang Disesali

 

Menulis adalah hidupku. Banyak keluhan mengeluhkan tentang menulis, tapi itu tidak menarik, karena bagiku menulis itu adalah kehidupan. Memberi satu energi positif, untuk menghadapi apa yang di depan mata. Layaknya hidup yang tidak perlu dikeluhkan cukup disyukuri, begitu juga menulis, tidak perlu dikeluhkan cukup dicoretkan saja. Secara otomatis akan menambahkan rasa abadi dalam kehidupan selanjutnya. Bukankah tulisan lebih bertahan lama dari umur yang tidak tahu kapan akan berakhir?

 

Jika tidak ingin menulis jangan hidup, jika tidak ingin hidup namun sudah terlanjur diberikan kehidupan, maka hiduplah dengan penuh kehormatan. Berikan yang terbaik bagi keluargamu, lingkaran sahabat terbaikmu, umat manusia, bangsa dan negerimu, syukur-syukur seluruh makhluk di alam semesta dapat merasakannya juga.

 

Dalam teori menulis, apa yang kamu tulis itu semua penting, ntah tulisan itu tentang hidupmu, kisahmu, masa depan atau masa lalumu, atau aktivitas saat ini yang sedang kamu jalani, atau tentang ide masa depan yang kamu inginkan, yang terpenting adalah bagaimana kamu merekam detik demi detik perjalanan hidupmu di balik sebuah kata, menjalani hari ini dengan penuh kesyukuran bahwasannya hari ini adalah hadiah hidup yang sangat berarti, Itu saja cukup untuk menjadi topik ringan dalam sebuah tulisan.

 

Selalu ada saja deskripsi berbeda mengenai arti dari sebuah tulisan, atau aktivitas menulis, atau untuk menjadikan itu hoby, sebagaimana kesenangan, sebenarnya bukan kunjungan ke tempat baru yang membuatmu senang, tapi dirimu dengan rasa senangmu yang menjadikannya tampak menyenangkan. 

 

Tanpa kesenangan yang terlahir dari dalam dirimu sendiri, liburan tidak akan menyenangkan. Berliburpun dari ujung Aceh hingga Papua, semuanya akan tetap sama, hampa. Maka jalan terbaiknya adalah tersenyum dan bahagialah, bersenang-senanglah. Tenangkan dirimu setelahnya dan yakinilah bahwa seluruhnya adalah kehidupan yang berproses menjadi lebih baik dari hari ke hari.

 

Apa hal yang lebih menyenangkan dari pada ketenangan hati?

Adakah suatu aktivitas yang mampu memberikan rasa kedamaian bagi yang melakukannya?

Menulislah jawabannya kawan. Seperti layaknya obat pahit ketika ingin diminum namun begitu tertelan ada rasa tenang tiba-tiba muncul, agaknya demikian dengan menulis, susah ketika awal duduk menuliskan satu kata, namun begitu mencoba tidak satu halaman yang tertulis, berlembar-lembar tertulis melaju berlomba-lomba dengan ombak yang ingin ketepian.

 

 Untuk itu ada 4 hal dasar yang perlu aku terangkan di sini, seputar menulis.

 

  • Pertama, kosongkan pikiranmu dari perspektif buruk terhadap orang lain. Meskipun putusan, penilaian, dan hukuman orang lain terlihat kejam terhadapmu, biarkan saja, ambil hikmahnya dan teruslah berjalan. Akan ada satu masa, dia akan bungkam, terdiam, tak mampu menatapmu bukan karena kau lebih hebat, tapi karena dia salah terhadap putusannya dan dia malu berpapasan denganmu.
  • Kedua, tidak usah keluhkan apa yang belum kamu dapatkan. Dalam teori rizki tidak akan ada rezeki yang salah alamat, yang ada adalah rizki yang belum saatnya, maka jika itu tidak didapatkan jangan dikeluhkan, ada banyak bagian menarik lainnya dari hidup ini yang mampu kamu kembangkan, maka jangan ‘stag’ di satu posisi, bergeraklah bumi Allah ini luas.
  • Ketiga, jika bergantung pada putusan manusia kamu akan kecewa. Dulu aku belum terlalu memahami kata-kata ini, sampai akhirnya aku paham, bahwa manusia adalah kumpulan dari kebutuhan, kepentingan, dan kemenarikan. Jika tidak termasuk dalam tiga kategori ini, maka jangan berharap banyak, hanya satu dzat yang menerimamu apa adanya, sekotor apapun dirimu, seterjatuh apapun dirimu, seterpuruk apapun dirimu kembalilah pada tuhanmu, ialah Allah swt. Ia akan menerima taubatmu, maka jangan takut dan jangan bersedih. Tuhanmu menciptakanmu bukan tanpa alasan dan tujuan: “Supaya kamu menjalani hidup dengan penuh ketakwaan dan kesabaran.” Kebutuhan, kepentingan dan kemenarikan tidak ada dalam kamus-Nya, yang ada hanya ketaatan dan keistiqomahan melaksanakan kebaikan semaksimal yang kamu mampu, selanjutnya berpasrahlah. Karena itu juga bagian dari ibadah. 
  • Keempat, berproseslah pada apa yang kamu bisa saat ini. Seiring berjalannya waktu seluruhnya akan berproses menjadi sesuatu yang lebih besar, lebih menarik, dan lebih hebat dari masa ke masa. Jangan berharap malam akan dipercepat, siang akan diperlama agar waktu berkerjamu panjang. Bukan itu, semua faktor eksternal akan tetap begitu adanya, bersifat luaran, dan diluar dari kendali kita, maka sebenarnya yang terpenting adalah jiwamu yang ikhlas dan semua hal baik yang ada dalam dirimu. Itu berlian, jaga itu, rawat itu sebab itulah alasanmu kembali kehadibaan Allah dengan penuh keyakinan dan kecintaan.. 

Seni menulis pada akhirnya adalah seni berkata lewat kata. Bisa itu mengobati diri dari luka, atau bahkan bangga pada satu situasi yang tak terduga. Karena menulis adalah faktor internal yang telah kita maknai sebagai bentuk kehidupan. Maka hiduplah dalam faktor internalmu dalam versi terbaikmu, selama kamu bertanggungjawab untuk hidupmu. Maka hidupalah dengan tenang.

 

Monday, August 7, 2023

Pengalaman Nyantri Unik: Aku Santri Yang Awalnya Terpaksa Tapi Akhirnya Betah.

Aku Santri Yang Awalnya Terpaksa Tapi Akhirnya Aku Betah.

Namaku marvin, aku anak kampung ini asli, masuk ke pesantren ini karena mamakku memaksa, kalau aku tak masuk pesantren ini, sama saja, mau pulang ke mana aku, pulang ke rumah juga nggak diterima. 

 

Kata mamak, kalau tidak masuk ke pesantren ini, mamak nggak jamin pergaulanku dengan teman-temanku, yang rokoknyalah, yang kereta-keretaannyalah, dan banyak alasan lain yang dikhawatirkan mamakku, karena itu aku terpaksa masuk pesantren.

 

Tapi sampai sejauh ini aku masih betah, semuanya masih terasa enak. Semua masih terasa nyaman begitu, tidak ada alasan membuatku tidak betah di pesantren ini.

 

Bercerita sejenak tentang pesantrenku ya, nama pesantrenku: Pondok Pesantren Darul Khoir, beralamatkan: Huta I Bandar Malela Kec. Gunung Maligas, Kab. Simalungun. Pesantren ini sangat dekat dengan rumah, jalan kaki juga sampai, tapi seperti yang kuceritakan di awal tadi, aku tak berani pulang ke rumah, karena mamak melarang. Sampai kapan aku di sini? Semuanya terserah mamak, sampai kapan mamak maunya, aku ikhlas ngikuti keinginan mamak.

 

Di pesantren ini, aku adalah santri perdananya, awalnya kami berjumlah 9 orang, 5 orang putri dan 4 orang putra, tapi karena ada seorang tidak betah jadi berkurang satu, jadi santri yang putra tinggal 3 orang.

 

Aktivitas kami di sini belajar, dari makan pagi seperti biasa sebelum jam setengah 8, setelah itu masuk kelas hingga pukul 10.00 wib, lalu kami istirahat sejenak, dengan shalat dhuha dan persiapan untuk makan siang sebelum shalat dhuhur sekitar 12.00 wib, memasuki waktu dhuhur kami shalat lalu lanjut lagi belajar hingga pukul 16.00 wib, dilanjutkan shalat ashar. Setelah shalat ashar kami istirahat dan berkegiatan bebas, mulai masuk lagi pukul 18.00 sampai isya’ setelah itu makan, dan lalu belajar ceramah hingga pukul 22.00, ini adalah agenda terakhir, setelah itu kamipun istirahat malam.

Itu kegiatan harian kami selain hari jum’at, sebab hari Jum’at adalah hari libur, maka kami belajar hanya di pagi hari dari jam setengah 8 hingga jam sepuluh pagi, Selanjutnya istirahat, dan masuk untuk belajar lagi sore menjelang magrib pukul 18.00 wib sampai selesai.

 

Itu sekilas tentang kegiatanku bersama dengan teman-temanku, banyak hal yang kami pelajari, berhubung jumlah kami sedikit, jadi sangat bisa intensif kami belajarnya, maka setelah belajar pagi bersama abi (sebutan untuk ustadz pimpinan pondok), kami ada sistem les lagi ke kakak senior, melancarkan pelajaran sebelumnya, agar bisa diajari olehnya, sehingga jika telah paham dan mampu menghafalnya, kami akan setorkan hafalan kami kepada abi, baru kemudian belajar lagi dengan abi salam (pimpinan pondok.) untuk pelajaran yang baru lagi.

 

Pesantren kami ini, selain bersistemkan pesantren yang 24 jam, setiap sore juga membuka kelas untuk anak-anak kampung ini sekolah ngaji, belajar mengaji iqro’ dan al-qur’an, dan apa muatan pelajaran agama lainnya, dan alhamdulillah respon warga sekitar kampung ini sangat positif, buktinya anak MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah)nya sangat banyak.

 

Oh iya hampir lupa, pesantren kami ini juga membina anak-anak sekitar kampung ini, untuk sekolah sore, biasa diistilahkan sekolah ngaji, atau ada juga bilang anak MDA (Madarasah Diniyah Awaliyah), di sini mereka belajar dengan guru yang memang piawai mengajarkan ngaji iqro’ dan al-Qur’an. 

 

Mereka memiliki guru ngaji khusus, jadi pada saat mereka mengaji kami yang di pesantren juga belajar dengan ust. Salam. 

 

Sebelum terakhir, aku ingin menginformasikan juga untuk buku-buku pelajaran yang kami gunakan. Uniknya buku kami penjelasannya masih memakai ejaan arab melayu, terdiri dari buku-buku yang sangat menarik: Ada buku shorof, buku bahasa arab, akidah akhlak, sejarah nabi, nahwu, ibadah, bintang lima, buku kultum. 

 

Beberapa buku, ada yang membutuhkan pemahaman dan pelaksanaan, dan lainnya membutuhkan keistiqomahan untuk menghafalkannya. Seperti buku bahasa arab, jika telah distorkan hafalan ‘mufrodat’nya hingga habis satu buku, maka bisa lah berganti dengan buku yang baru. 

 

Pada intinya saya sebagai santri perdana yang saat ini sedang mondok dengan rasa suka cita, memohon kepada para pembaca untuk bisa mendo’akan saya, dan juga teman-teman, serta pondok dan seluruh guru-guru kami, semoga kami semua dalam keadaan sehat, dan istiqomah untuk menjaga niat agar bisa belajar di pondok ini hingga dinyatakan lulus oleh pimpinan pondok.



Oh ya Mohon do'anya juga bapak/ibu untuk pembangunan ruangan baru di pondok kami juga, sebagai sarana yang menunjang pendidikan kami kedepannya.

 

 

*Disarikan dari kisah perjalanan seorang marvin, santri pondok pesantren tersebut.


 

 

 

Sunday, July 30, 2023

Pengalaman Nyantri Prihatin: Merasakan Liburan di Pesantren Saat Musim Pandemi

Merasakan Liburan di Pesantren Saat Musim Pandemi


Bertahun-tahun tinggal di pesantren baru kali inilah liburan tidak pulang, genaplah setahun tinggal di pondok. Padahal seharusnya ini adalah pengalaman khusus bagi santri kelas 5 yang ingin naik ke kelas 6, nah ini malah diraskan seluruh santri dari kelas 1 sampai kelas 6. Sungguh sangat istimewa.


Sekilas timbul pertanyaan, apakah para santri menikmatinya? 

 

Jawabannya: Tentu saja santri menikmatinya, karena memang itulah sikap yang harus diambil, sebab kalau tidak demikian, malah menjadi orang yang sedih sendirian, sementara yang lain bahagia, yang lain cepat beradaptasi. Maka untuk itu, apapun yang ada di pesantren prinsipnya adalah jalani, nikmati dan jangan dipikirkan. Maka semuanya akan berlalu dengan baik, begitu biasa ritmenya.

 

Nilai plusnya ketika liburan di pondok, jadi pernah merasakan sedikit kelonggaran dalam disiplin, karena sejatinya disiplin itu bukan lagi momok tapi itu adalah bagian dari lalapan dalam sayur-mayur makanan sehari-hari santri. Tidak bisa dihilangkan disiplin shalat berjama’ah, tidak bisa dihilangkan do’a bersama sebelum tidur, tidak bisa dihilangkan jam-jam waktu makan yang telah ditentukan, semuanya meski ditelan, dinikmati dan dihabiskan, sebab itulah sebaik-baiknya ajaran hidup kemandirian ala pondok pesantren. Mesti cepat beradaptasi jika ingin tetap hidup bergerak menggerakkan.

 

Selain dari disiplin yang tetap terjaga, ada juga dilapisi dengan kegiatan lain yang cukup menarik bagi santri selama liburan di pondok, ialah olah raga pagi, istirahat siang, olah raga sore, dan hiburan nobar malamnya. Sungguh aktivitasnya sangat menghibur dan menyehatkan tubuh santri.

 

 

Pagi Olah Raga 

Di hari biasa aktif kegiatan, hanya hari Jum’at santri biasa olah raga dari pagi, selain hari itu tidak bisa. Namun dengan tujuan kesehatan dan kebugaran tubuh, karena kebetulan juga pandemi sedang menyerang dunia, maka kebugaran santri adalah puncak tonggak mencegahnya, harapannya dengan imun tubuh yang kuat, santri dijauhkan dari paparan virus yang sedang menyerang dan alhamdulillahnya semua aktivitas diatur sesehat mungkin, dari mulai aktivitas rajin cuci tangan, selalu berjemur setiap pagi, bahkan tidak hanya berjemur tapi keringatan setiap pagi, hingga semua santri yang sebelumnya ada yang tidak terlalu suka dengan olah raga, pada akhirnya menjadi cinta dengan olah raga, lalu aktiflah dia olah raga jadi punya hobi baru.

 

Tidur Siang 

Rileks adalah kata yang paling cocok untuk tidur siang, bisa dibilang ini adalah aktivitas yang sangat jarang sekali terjadi, kalau untuk ‘qoilulah’, itu bisa terjadi kapan saja. Tapi kalau peruntukan tidur siang khusus, ini adalah peristiwa Ajaib yang jarang terjadi, biasa diperbolehkan kalau malamnya ada kumpul penting, atau ceramah wajib, maka tidur siang diharuskan, bertujuan agar malam dapat kumpul dengan fit.

 

Sore olah Raga Kembali

Atas dasar kebugaranlah olah raga sore juga masih dilakukan. Kalau pagi olah raga agar dapat matahari, olah raga sore ini agar bugar kembali. Banyak makanan dan vitamin yang dikonsumsi dengan olah raga rutin pagi dan sore seperti ini, sangat hampir bisa dipastikan santri akan sehat secara fisik, pikiran. Hanya mungkin rasa kangen orang tua dan rumah saja yang masih perlu diobati.

 

Malam nobar

Kesenangan, nobar (nonton bareng) adalah aktivitas yang nyaris jarang terjadi, biasa terjadi itu bagi santri kelas 6, disebut santri mukimin, yang aktivitas liburannya di pondok. Dan itupun selalu di atur jam buka televisinya, maka untuk menonton bareng ini adalah kegiatan positif yang sangat digemari mayoritas santri. 

 

Inilah 4 aktivitas unik selama merasakan masa liburan di pesantren, masa-masa pandemi menyerang dunia, aktivitas harian santri berubah, beberapa kebijakan diperbaharui, dan beberapa lagi diantaranya ada yang dinaikkan bobotnya ada yang dikurangi. Pada intinya liburan di pesantren penuh dengan rasa prihatin yang berujung kesenangan dan kegembiraan. 

 

Sunday, July 23, 2023

Pengalaman Nyantri Berkesan: Saat Santri Ingin Jadi Wartawan di Pesantren

 Saat Santri Ingin Jadi Wartawan di Pesantren

Menjadi salah satu santri yang terpilih dalam dunia jurnalistik adalah hal yang mahal pada masa kami menjadi santri dulu. Dari mulai seleksi yang sangat ketat, sampai pada seleksi perseorangan dengan diinterview satu persatu oleh penguji. Ketika mendaftar deg-degan, waktu mengisi form pendaftaran juga was-was, memenuhi persyaratannya ketar-ketir, sampai akhir menuggu pengumuman ketakutan tidak lulus bukan main. Genap rasanya overthinking memenuhi kepala ketika itu. Dan pada akhirnya betapa bangganya bisa terpilih dalam organisasi ini, serasa benar-benar orang pilihan yang terpilih.

 

Masing-masing kami yang jadi jurnalis muda pada saat itu, pasti memiliki ceritanya masing-masing, pengalamannya pasti juga berbeda-beda, dan yakin juga jauh diplosok negeri sana, mereka juga tetap ingat kejadian ini, bahkan mungkin juga menuliskannya dalam platform yang berbeda. 

 

Lain dengan kisah teman-temanku, lain juga dengan kisahku, untuk ini coba kuurutkan menjadi tiga poin penting, moment saat mendaftar, saat mengikuti ujian dan terakhir saat menunggu pengumuman. 

 

Tidak udah lebih panjang lagi dipenjelasan awal, mari kita masuk fase per fase langsung:


  • Pertama, mendaftarkan diri dengan mengambil form pendafaran dari panitia.

 

Mengenang masa itu, ketika selebaran ditempelkan di papan madding, bertuliskan: “Membuka pendaftaran bagi calon tim RDP (Raudhah Pos) baru, segera daftar diri Anda sebelum kuota penuh.”

 

Bukan main senangnya membaca informasi ini tertempel, siang setelah membaca pengumuman tersebut, langsung bergegas ke kantor panitia siang itu juga. Form pendaftaran pun ku baca perlahan sambil berjalan menuju dapur untuk makan siang, di dapur kubaca form berulang-ulang, shalat ashar dibawa ke masjid, waktu mandi masih dipikirkan, dan maghrib masih dibawa juga selembaran tadi ke masjid, sambil tukar pikiran dengan teman-teman lainnya. Sehingga mantaplah hati untuk mendaftarkan diri, menjadi kru RDP. Tetap setelah shalat isya form pendaftaranpun kukumpulkan ke meja panitia. Dan menunggu intruksi selanjutnya.

 

Tepat diakhir masa pendaftaran ditutup. Melalui bagian informasi, diumumkan sebuah pengumuman dari toa, bahwa seluruh santri yang mendaftar menjadi wartawan pesantren harap datang malam ini di masjid dengan memakai pakaian rapi, sambil membawa alat tulis, karena akan diadakan tes ujian masuk wartawan pesantren, familiar disebut kru RDP.

 

  • Kedua, ujian masuk ekskull yang sangat unik tak terpikirkan.

 

Kumpulnya tidak lama, singkat, padat, cepat. 

 

Untuk sebuah ekstrakulikuler, ini kali pertamanya kami mengikuti ujian. Pada tes ini seluruh peserta terdaftar dikumpulkan di masjid guna mendapatkan penjelasan seputar prosesi penerimaan tim RDP baru. Ini masih biasa namun ada yang tidak biasa ketika seorang ‘musyrif’ (pembimbing) membuka acara seleksi dengan salam, lalu kemudian bertanya:

 

“Apakah ada yang ingin mengundurkan diri? Sebelum masuk pada masa penyelksian, Jika ada yang tidak siap dengan kehidupan ala wartawan, silahkan kembali ke rayon sekarang!”

 

Sebuah 'muqoddimah' yang tak terpikirkan sebelumnya.

 

Sekilas kulihat sekelilingku, ternyata semua peserta masih bertahan di tempat duduknya masing-masing, akupun tak bermaksud bergerak lagi. Kuat dengan posisi, ingin tetap mengikuti awal seleksi sampai batas pengumuman. Dalam hati berharap besar, semoga bisa lulus.

 

Sampai tibalah waktu pembagian selembar kertas seleksi yang diberikan panitia kepada kami, berisi serentetan tugas, dan menariknya pada note merah di bawah kertas. Diharap menyelesaikannya dalam waktu 2x24 jam sejak saat kertas ini dibagikan.

 

Tanpa dibuka pintu untuk bertanya, beliau lalu salam dan pergi, berlalu begitu saja, membiarkan kami terpaku di tempat duduk kami, membiarkan kami berinisiatif untuk mengerjakan tugas dengan pola kemampuan nalar masing-masing. Sungguh menantang ujarku dalam hati.

 

Sambil duduk bersila lekat-lekat ku membaca ulang apa saja berkas persyaratan yang mesti disiapkan dalam waktu 2 hari ke depan ini. Isi soalnya:

 

a) Buatlah esai bebas yang menarik standar seperti “chicken soup”

b) Tulislah minimal 1 berita seputar pesantren mengikut kaedah 5 W 1 H.

c) Lakukan interview dan buat laporan hasilnya:

        1. Interview kepada seorang santri dengan tema bebas

        2. Interview kepada seorang guru dengan tema bebas.

 

Hanya tiga soalnya, hanya tiga tugas yang satu beranak satu jadi seperti empat tugas. Mulailah otak berfikir keras untuk bisa menyelesaikan tugas ini sebagai liputan pertama, terbayang tantangan pertamanya semua liputan interview, berita seputar pesantren dan esainya harus ditulis tangan di atas kertas folio. Terbayang akan berlipat-lipat gandalah kerjaan jika ditunda, maka tidak boleh ada penundaan.

 

Malam itu kondisi kamipun sudah banyak yang mulai bervariasi, ada yang memilih untuk mengundurkan diri, ada yang memilih untuk mendo’akan yang lanjut ada juga yang mencoba sebisanya, kalau tidak bisa tidak apa, dan ada juga yang bertaruh harga mati, harus bisa lulus, harus bisa masuk, harus bisa menjadi wartawan pesantren, masing-masing memiliki aninonya sendiri-sendiri.

 

Berpacu dengan waktu malam sebelum tidur terpikirkanlah ide-ide segar untuk merampungkan semua tugas, menjadi sebuah laporan yang menarik. 

 

Untuk esai rencana tulisannya tentang: “1 Muharram sebagai Awal Kalender Hijriah dan Sekaligus Momentum Ulang Tahun Pondok.” 

 

Untuk berita pesantrennya: “Memberitakan Kemeriahan Peringatan Apel Tahunan Pesantren”. 

 

Terakhir interview: Pertama ditujukan pada santri yang berprestasi mendapatkan beasiswa. Apa rahasianya, kok bisa dapat beasiswa, bisa berbagi tips cara belajar dan menghafalkan pelajaran, waktu-waktu enak menghafal, dan banyak persolan yang berkembang setelahnya.

 

Kedua kepada guru, tema tentang berbagi pengalaman hidup guru yang awalnya adalah seorang santri kemudian, diterima di Gontor, lalu menjadi guru di Gontor, lalu pulang ke Pesantren menjadi guru juga yang sangat berkharisma. Tips menjadi guru yang diidolakan, agar supaya tampil menarik dan juga percaya diri, dan berbagai persoalan lainnya.

 

Malam itu kebetulan mata sulit dipejamkan, pikiran masih terus berputar, maka malam itu juga semua yang terpikirkan langsung dicoretkan, di atas beberapa lembar kertas akhirnya segala bentuk ulasan, pertanyaan, peta konsep seluruhnya tertuang di sana. Sehingga keesokan harinya tinggal bertanya dan mencari narasumber saja, sambil berdo’a semoga narasumber yang ditargetkan bisa dijumpai seluruhnya. “Alhamdulillah akhirnya sebelum mata mengantuk oret-oretan besokpun sudah selesai.” Puasku menghela nafas.

 

**

  • Hari Pertama,


Pagi mulai bergegas masuk kelas lebih pagi, agar ada jeda waktu untuk membaca dan menulis esai, dilanjutkan tambahan referensi dengan mengunjungi perpustakaan pada istirahat pertama dan kedua, dan disela-sela itu, masih terus memperbaiki tulisan, hingga jam 2 siang selesailah tugas esai. 

 

Mulai habis ashar pergi interview guru yang mudah-mudahan saja ada di kamarnya, karena sistem asrama maka di pesantren guru bisa ditemui kapan saja, dimana saja, selama bukan jam istirahat maka sangat mungkin bisa dijumpai, terutama guru muda.

 

Dan sekali lagi “pucuk dicinta ulam pun tiba” mulai habis ashar hingga menjelang magrib prosesi interview berjalan lancar, sambil mencatat semua poin penting dengan tangan, tanpa ada recorder, tanpa ada alat pembantu kecuali, hanya pulpen, dan ingatan otak yang terus berkejaran dengan jari yang terus menulis di atas kertas acak-acakan. Memburu informasi dari narasumber yang dengan lugas dan cepatnya menceritakan tentang pertanyaan yang diajukan.

 

Mulai magrib hingga waktu tidur disibukkanlah diri ini, dengan tugas menyalin ulang hasil interview tadi sore dengan laporan hasil wawancara yang lebih tertib, rapi poin perpoin, pertanyaan dan jawaban, pertanyaan dan jawaban. Singkat cerita sebelum tidur malam itu tugas yang kedua selesai.

 

**

  • Hari Kedua,

Keesokan harinya mulailah membuat berita dan kemudian menginterview teman berprestasi, meguak bagaimana dia bisa mendapatkan beasiswa berkali-kali, makan apa dia, baca buku apa dia, vitamin apa yang diberikan orang tuanya, semua kupertanyakan, karena memang dia teman sendiri, jadi agak lebih amatiran bertanya nya. 

 

Dengan berakhirnya interview ini sebelum dhuhur, maka sangat lapanglah waktunya hari kedua ini untuk menyelesaikan tugas.  Menjelang ashar, seluruh tugaspun tuntas dikerjakan.

 

Saat pukul 6 menandakan waktu berangkat ke masjid, kali itu aku sudah di masjid 15 menit lebih awal. Mulailah membaca ulang seluruh tugas, seluruh laporan, seluruh tulisanku, takut-takut kalau ada tugas yang terlewat sehingga dapat menjadikan kurang nilai atau bahkan tidak lulus.

 

Menunggu malampun rasanya dengan penuh do’a. seusai shalat isya’ akupun bergegas mengantarkan tugasku di kantor RDP dan sambil terus berdo’a. 

 

  • Ketiga, pengumuman kelulusan keesokan malamnya.


Tidak lama menunggu saat pengumuman hanya berselang satu hari dari masa kami mengumpulkan tugas, malam ini kami kumpulkan, besok malam kami semua sudah berkumpul kembali di masjid dengan seragam rapi, sambil duduk rapi, kami dipanggil satu persatu untuk mengambil amplop yang masing-masing bertuliskan namanya, tidak boleh dibuka sampai aba-aba dimulai membuka baru boleh dibuka.

 

Sambil jantung yang terus deg-degan, ‘musyrif’ (pembimbing) RDP pun sedikit menjelaskan:

“Dalam kertas itu ada 2 keterangan tulisan. Diterima atau ditolak. Jika diterima, maka kamu adalah tim RDP yang baru mulai malam ini. Namun jika di kertas itu tulisannya kamu ditolak, maka dengan terpaksa kami sampaikan, kamu belum berkesempatan menjadi kru RDP. Dan silahkan meninggalkan tempat ini dengan segala kebesaran hati dan sikap sportif.”

 

Singkat, padat, cepat, lugas, ciri khas beliau, sungguh sangat menyeramkan. 

 

Nah, sekarang, silahkan dibuka:

 

Kurang lebih beginilah tulisan inti penerimaannya:

 

.

.

.
Ananda 

Atas Nama: Irwan Haryono S

Kelas: 4 B

Dinyatakan: LULUS

 

Selamat Bergabung sebagai kru Raudhah Pos (RDP).

Apapun yang terjadi “the show must go on”

.

.

.

 

Kurang lebih, begitulah ini kalimat di dalam surat tersebut yang masih aku ingat.

 

Alhamdulillah bukan kepalang senangnya diterima menjadi anggota inti santri yang berprofesi sebagai wartawan pesantren. Setelahnya banyak aktivitasku selama di dalam organisasi kecil ini. Mungkin akan kuceritakan dalam catatan berikut. Jika teman-teman pembaca tertarik untuk membacanya.

 

Terima kasih sudah membaca hingga sejauh ini. 

 

Dalam Feed

Dalam Artikel Baru

Display


*PENGALAMAN NYANTRI: Menikmati Setiap Detik Proses Kelak Menjadi Pengalaman Beresensi