“Sebelum mati bukankah hidup? Mengapa kita mesti mengingati mati saja. Padahal kita yakin bahwa sekarang kita hidup? Bukankah sebelum melalui pintu mati, kita mesti menjalani hidup? Pertanyaannya. Hidup seperti apa yang ingin kamu jalani? Hidup seperti apa yang mampu kamu pertanggungjawabkan?”
Judul : Dari Lembah Cita-Cita
Penulis : Prof. Dr. HAMKA
Penerbit : Gema Insani Press
Tempat : Jakarta
Cetakan : Pertama, Februari 2016
Tebal : 102 hlm,; 18,3 cm
ISBN : 978-602-250-291-3
Harga : Rp. 33.000,-
**
Di halaman 4 dari buku ini menyiratkan ungkapan menarik ,mengatakan bahwa:“Pemuda itu adalah satu bagian dari gila. Dengan kegilaannya, ia mengadakan yang belum ada, dipahatnya batu, dibelahnya gunung.”
Tidak cukup hanya itu, di halaman 5 tercatat sebuah ungkapan Presiden Soekarno, sejak saat itu kata-katanya menjadi catatan seluruh dunia “Berikan kepadaku 1000 orang tua, aku sanggup mencabut Semeru dari uratnya. Tapi berikan kepadaku 10 Pemuda, Aku sanggup mengguncangkan dunia.” Setelahnya Hatta berkata pula berorasi, demi melihat bagaimana semangat pemuda menyelenggarakan revolusi, “Hai Pemuda, kamu adalah pahalawan dalam hatiku”
Buku saku berhasil menggambarkan begitu sangat antusias tak terhingganya seorang Buya Hamka, beliau merasa lebih berfaedah ketika berhadapan dengan dua orang pemuda yang bersemangat dan bercita-cita yang senantiasa resah dan gelisah, yang tiada merasa puasa, yang hendak memahat batu yang hendak mengisarkan bukit yang berkata “Inilah saya!”
Pada halaman 82 ada logika menarik memahamkan kita bahwa tidak ada yang perlu ditakuti di Bumi Allah ini, sebab siklus hidup sudah terpola dengan rapi, tinggal kita mengikuti pola yang mana, atau tinggal kita ingin memasuki pola yang mana, semua pilihan ada dalam hidup kita. “Kalau tidak ada kejahatan, mana orang tahu memilih kebajikan. Kalau tidak ada kejahatan, di mana akan dapat dibuktikan bahwa setan itu ada. Kewajiban kita ialah berlomba menegakkan keadilan, di samping setan mempropagandakan kejahatannya; menegakkan budi di tengah-tengah kesesatan manusia; dan menghidupkan cahaya Allah di dalam jiwa kita masing-masing. Itulah ia perjuangan, itulah ia hidup, “Wal Aqibatu lil muttaqiin” Kemenangan akhir akan diberikan Allah swt bagi orang yang bertakwa kepada-Nya.”
Buku ini lebih cocok dibaca ketika dalam kondisi sedang dalam jatuh-jatuhnya semangat diri, sebab isi dalamnya begitu sangat menyulutkan emosi, meningkatkan semangat diri, di halaman 86 sebelum akhir bercerita tentang pendirian dan perjuangan “tegaklah pada pendirianmu di dalam hidup ini dan berjuanglah. Sesungguhnya, penghidupan itu ialah pendirian dan perjuangan. Untuk apa kita diberi Allah SWT akal dan pikiran? Supaya kehidupan kita berbeda dengan makhluk yang lain. Sebab itu, tiap-tiap pikiranmu bertambah, tiap-tiap mata bernyalang, pandanglah alam ini dengan pandngan sendiri. Jangan dibiarkan segala sesuatu berlalu di hadpaanmu dengan selalu -lalunya saja, tetapi pertalikanlah dengan dirimu. Karena segenap alam ini bertali senantiasa dengan manusia.”
“
Buku ini merupakan salah satu saksi sejarah perjuangan Hamka menyebarkan semangat pada generasi muda, di awal-awal masa kemerdekaan, supaya mereka berjuang mengisi dan mempertahankan kemerdekaan dengan memakai dasar yang kukuh dalam jiwa mereka.
Pembahasan Buya Hamka mengenai tauhid, ibadah, iman, negara, perjuangan, dan cita-cita dalam buku ini mampu mengajak kita kembali merenungi diri, merenungi iman, Islam , cita-cita dan hidup kita. Sekukuh apa jiwa kita menjadikan Islam sebagai pedoman dan penggerak hidup kita dan sebesar apa cita-cita kita terhadap kehidupan dunia dan kehidupan setelah dunia ini.
Drs. Zainul Yasni dan satu temannya, yang awalnya menerima petuah-petuah dalam buku ini secara khusus dari Buya Hamka merasa sangat perlu menyebarkan ilmu yang mereka peroleh kepada seluruh generasi muda Indonesia. Sehingga, dengan izin Buya Hamka, mereka berhasil membukukan kumpulan materi yang mereka dapat dari Buya Hamka menjadi sebuah buku saku, meskipun ringkas insya Allah memiliki bobot yang sangat besar bagi jiwa yang membacanya.
Dalam buku ringkas ini terdapat 13 judul inti menjadi pembahasa menarik dari buku ini. Diantaranya: Dua Orang Pemuda Bertanya; Zaman Jahiliyah; Tauhid; Ibdah; Iman; Pembalasan; Iman dan Negara; Cita-Cita; Mencapai Cita-Cita; Khutbah Socrates; Pendirian dan Perjuangan; Tidakkah Tuan Takut?; Menyesali Zaman Lalu. Demikian rentetan daftar isi yang beberapa dari judulnya menggelitik rasa penasaran diri untuk terus melahapnya segera.
**
Sebagai akhir dan penutup beberapa petikan kata-kata Buya Hamka, kiranya dapat menutup bacaan kita dengan penuh rasa semangat:
Selidiki, periksa, dan alami. Buah dari penyelidikan, pemeriksaan, dan pengalaman, itu ia pendirian. Pertahankanlah pendirian itu dan bawalah berjuang, tetapi kamu harus menang sebab itulah ia hidup!
Lautan hidup itu amatlah dalam. Kalau hanya dengan kail yang sejengkal saja, tidaklah lautan itu akan dapat diduga.
Kiranya penutup singkat dari ucapan Buya Hamka di atas. Dapat menutup tulisan ini, semoga bermanfaat, ingin lebih mendapatkan ruhnya, silahkan miliki buku tersebut, dan silahkan baca isinya segera, tidak perlu buru-buru, perlahan, terhayati lebih baik dan lebih menentramkan hati.
Akhir kata selamat menikmati.
Medan, Senin, 11 Oktober 2021: 3:59 wib