Iklan Multipleks Baru

KETELADANAN KYAI DAN GURU

"Bondo bahu pikir lek perlu sak nyawane pisan. [KH. Ahmad Sahal]

WAJAH PENDIDIKAN PESANTREN

"Prioritas pendidikan pesantren adalah menciptakan mentalitas santri dan santriwati yang berkarakter kokoh. Dasarnya adalah iman, falsafah hidup dan nilai-nilai kepesantrenan. "

PENGALAMAN UNIK DAN LUCU

"Pekerjaan itu kalau dicari banyak, kalau dikerjakan berkurang, kalau hanya difikirkan tidak akan habis. [KH. Imam Zarkasyi] "

GAGASAN KEMAJUAN UMAT

"Tidak ada kemenangan kecuali dengan kekuatan, dan tidak ada kekuatan kecuali dengan persatuan, da ntidak ada persatuan kecuali dengan keutamaan (yang dijunjung tinggi) dan tidak ada keutamaan kecuali dengan al-Qur'an dan al-Hadits (agama) dan tidak ada agama kecuali dengan dakwah serta tabligh. [KH. Zainuddin Fananie dalam kitab Senjata Penganjur] "

FALSAFAH DAN MOTTO PESANTREN

"Tak lekang karena panas dan tak lapuk karena hujan. [Trimurti] "

NASEHAT, KEBIJAKSANAAN DAN REFLEKSI

"Hikmah ialah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah. (HR at-Tirmidzi). "

BERARTI DAN BERKESAN

"Pondok perlu dibantu, dibela dan diperjuangkan. (KH. Abdullah Syukri Zarkasyi). "

Wednesday, April 29, 2020

Belajar Bukan BEBAN; Belajar Adalah KETAATAN

Rabu, 29 April 2020
Medan, 06 Ramadhan 1441H


***

Dalam sebuah ucapan sederhana Aku selalu terngiang dengan pesan Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, MA, Ed, M. Phil bahwa “Islam, Iman, Ihsan sebagai asas membangun peradaban”

Islam dalam arti kata kepasrahan pada agama kedamaian, percaya dengan haqqul yakin bahwa Allah swt adalah Tuhan semesta Alam, Muhammad Rasulullah, Al-Qur’an mu’jizat untuk seluruh umat manusia di dunia yang diturunakan Allah bagi umat akhir zaman, pada akhirnya akan menuntun kita pada satu titik keyakinan bahwa “Laa ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah” (Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad saw adalah utusan Allah.) 

Dengan memahami konsep Islam, perlahan iman akan tumbuh dengan sendirinya. Sebuah keniscayaan dalam hati untuk meyakini dan membenarkan bahwasannya Allah swt itu ada (wujud) dengan segala sifat-sifat dan kesempurnaanNya. Selanjutnya mengucapkannya lewat lisan, dan memanifestasikannya lewat perbuatan sehari-hari, seraya melaksanakan perintah Allah swt dan menjauhi larangan Allah swt.  

Adapun pada asas tertinggi, Ihsan menaikkan kita pada taraf cinta Allah karena Allah swt, dengan penuh ketulusan, sehingga segalanya dikerjakan seakan-akan kita bertemu mata dengan Allah swt, namun jika hal itu juga belum terasa, keyakinan bahwa Allah melihat kita adalah sebuah kepastian. 

Dengan demikian jika Islam, Iman dan Ihsan benar-benar dijalankan dalam konsep sesungguhnya, semua insan akan kembali pada fitrahnya, kembali menjadi umat yang beradab, kembali mejadi umat yang berakhlak sehingga lambat laun peradaban Islam akan kembali kepada masa kejayaan yang pernah tersimpan dalam catatan sejarah kedikjayaan Islam dan kaum muslimin di dunia.

Untuk memahami ucapan sederhana dokter hamid, untuk menerapkan tiga konsep asas peradaban diatas, aku merasa miskin pengetahuan. Ilmuku belum sampai, aku butuh tambahan nutrisi otak, aku harus belajar sebagai tambahan suplemen akalku, dalam usaha membolak-balikkan lembaran catatan, Aku terkesima membaca untaian kata Imam Al-Ghazali: “Menuntut Ilmu adalah takwa; menyampaikan Ilmu adalah ibadah; mengulang Ilmu adalah zikir; Mencari Ilmu adalah jihad

Pertanyaanku dalam hati, di bagian mana menuntut Ilmu itu merupakan kerugian? Dimanakah letak beban dari belajar jika belajar itu sendiri merupakan wujud taqwa! Bagaimana tidak beruntungnya hati ini jika menyampaikannya juga ternilai ibadah di sisi Allah! Bukan kepalang bahagianya ketika membaca ulang kaji ilmu yang di dapat itu seperti dzikir kepada Allah! dan Kurang syukur apalagi jika semangat mencari ilmu dan keistiqomahannya juga ternilai jihad di sisi Allah swt! Masya Allah, Tabarakallah, tidak henti-hentinya kecintaan Allah pada hambanya yang berilmu, hingga akhir hayatnyanya pun jika masih mecari ilmu ternilai sebagai matinya para syahid di Jalan Allah swt. Semoga kata-kata Imam Ghazali tersebut dikabulkan oleh Allah swt, sehingga menjadi tuntunan dan semangat baru bagi diri yang kosong ini, bersemangat mengisi kekosongan akal ini dengan ilmu.

“Ya Allah swt, ilhamkanlah kepadaku kecintaan, kesabaran, ketabahan menuntut ilmu hingga akhir hayat menjemputku, sebagaimana Engkau wahyukan kesabaran pada nabi Nuh dalam berdakwa selama 950 tahun, sebagaimana Engkau wahyukan keberanian dan keteguhan nabi Ibrahim melawan kezaliman pemerintahan raja Namrudz, sebagaimana Engkau wahyukan keyakinan dan ketetapan hati pada nabi Musa menghadapi ketakabburan Fir’aun, sebagaimana Engkau wahyukan keselamatan pada nabi Isa ketika umatnya mendurhakainya, dan sebagaimana Engkau bersihkan hati Rasul-Mu Muhammad saw sehingga tak ada dendam dalam hatinya, akan cercaan umatnya selama ini, tak ada marah atas ketidaktahuan mereka malah menambahkan rasa cintanya pada mereka. Bukankah mereka adalah Ulul Azmi-Mu ya Allah. Terimalah Amal baik nabi-nabi kami tersebut ya Allah dan perbaiki amal kami agar mendekati nabimu ya Allah.”

Bukankah hampir-hampir orang yang berilmu dan mengajarkan ilmunya di jalan Engkau itu derajatnya seperti mencapai derajat para Nabi dan Rasul-Mu?


Dalam sebuah Terjemahan hadist yang diriwayatkan oleh Tirmidzi no. 2322, Hadist Hasan. Rasulullah saw bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, orang berilmu, dan orang yang mempelajari ilmu”

Tidak cukup rasanya jika tulisan ini di akhiri tanpa pesan kyai, sosok yang menjadi panutan, lambang lautan keilmuan, lambang ke wara’an, lambang sebuah keikhlasan, lambang dari kecintaannya pada dunia pendidikan. Berikut petikan pesan KH. Hasan Abdullah Sahal. (Wallahu yarham) “Campakkan kertas ijazahmu kalau hanya menjadi penyakit cari kerja! Banyak orang bertitel tanpa kualitas, banyak orang berkualitas tanpa titel” (KH. Hasan Abdullah Sahal)

Wallahua’alam, Wallahu’aliimum Bima fisshuduur, Wallahu Akbar, Laa haula wa laa quwwata illa billahil’aliyyil ‘adziim.

***


Monday, April 27, 2020

Shalat Berjama’ah Di Awal Waktu

Senin, 27 April 2020
Medan, 04 Ramadhan 1441H

***
Untuk melatih tradisi tepat waktu latihlah dengan shalat berjamaah tepat pada waktunya. Mengistiqomahkan ini, sama saja menata kehidupan lebih baik di masa depan. Begitu kata orang-orang terdekatku yang telah berhasil mengatur waktu lewat amalan shalat jama'ah tepat waktu.

Jika ingin membuktikan stetament di atas, mari sama-sama kita buktikan dan rasakan perbaikannya setiap Ahadnya. Bagaimana Ahad pertama, Ahad kedua, Ahad ketiga, Ahad keempat, dan Ahad kelimanya. Harapannya Setelah pembaca merasakan perbedaannya bisa berbagi dengan saya di kolom komentar, karena saya sendiri sedang observasi lapangan. :-)


***

Sunday, April 26, 2020

Hargai Semua Orang; Sebelum Minta Dihargai

Ahad, 26 April 2020
Medan, 03 Ramadhan 1441H


***
Sebisa mungkin hargai semua orang Sebelum dan sesudah berinteraksi, sebab penghargaan yang kamu berikan akan menentukan kualitas dan harga diri kamu sendiri dihadapan orang lain. Dalam hal penghargaan, pada umumnya manusia sangat ingin dihargai dalam 3 hal ini. Pertama pendapatnya, kedua hak dan kewajibannya dan ketiga keberadaannya. 

Pertama: Pendapatnya

Wajar jika pendapat itu selalu berbeda, sebab “rambut boleh sama hitam tapi isi kepala siapa yang bisa menerka”, begitulah pepatah sering disampaikan para leluhur. Pepatah Lainnya juga yang sering disampaikan para orang tua terdahulu:  “Lain lubuk lain ikannya, lain lalang lain ilalangnya, lain tempat lain bahasanya, lain daerah lain budayanya.” Begitulah gambaran para leluhur negeri ini menggambarkan perbedaan pendapat yang memang harus diterima. Dapat dianggap sebagai bentuk kemajemukan kita bersosial, atau bisa dinilai sebagai bentuk multi-etnis dan budaya, tapi karena itulah sudut pandang manusia dalam berpendapat tak jarang selalu berbeda.

Pertanyaannya Apakah perbedaan itu membuat kita bertikai? Saya rasa tidak, makanya tips sederhana, agar diri tidak sakit hati dengan pendapat yang ditolak adalah dengan memunculkan 2 opsi di awal yaitu opsi bisa di terima dan bisa di tolak. Setelahnya harus siap memasang sikap sesuai dengan opsi yang terjadi. 

Pada intinya antara yang berpendapat dan mendengarkan pendapat tetap harus saling menghargai antara satu sama lainnya. Dalam berinteraksi, tetap harus dijaga tutur katanya, jangan terlalu jauh menyinggung hal yang pribadi. Sebatas itulah yang mesti di lakukan di negeri ini, mungkin juga berbeda tradisinya dengan negara lain.

Kedua: Kewajiban dan Hak. 

Dalam kedua hal ini, hampir semua orang pasti ingin dihargai. Kewajibannya apa, tolong jangan diikut campuri dan haknya bagaimana juga tolong jangan dikurang-kurangi. Nampaknya itu cukup adil untuk stadart awal profesionalisme bekerja. Tapi beberap kasus yang terjadi di lapangan saat ini, kewajiban ditambah, dicampuri, dan dikritik sedang hak tidak dilebihkan malah dipermasalahkan dan dikurang-kurangi.

Seorang teman ada yang berlogika sederhana, dengan sebuah pertanyaan ringan, apakah mobil dapat berjalan sekian ratus kilometer dengan hanya 1 liter bensin? Tidak, kalaupun kamu nekat, pasti campur dorong, sama halnya manusia. Kamu jangan mengharapkan perhargaan lebih dari orang lain kepadamu jika kewajiban dan hak yang kamu berikan tidak sesuai, tidak sama porsinya.

Idealnya adalah berikan kewajiban sebagaimana porsinya, tunaikan haknya sebagaimana seharusnya, jika ada kekurangan dikabarkan, jika ada kelebihan diinformasikan dengan halus dan lemah lembut. Manusia makhluk komunikasi ini sangat mengutamakan bahasa sebagai alat tukar yang pas. Sebelum proses Jual beli itu terjadi, lewat tukar-tukaran kata, proses negosiasi terjadi, selanjutnya terciptalah transaksi yang saling diridhoi antara satu dan lainnya insya Allah.

Ketiga: Keberadaannya. 

Jangan sekali-kali memandang wujud seseorang itu tidak ada artinya bagimu, “Boleh menilai orang tapi jangan diucapkan” begitulah kyai Hasan berpesan, sebab kalau kau ucapkan, belum tentu kamu lebih baik dari dia, dan belum tentu dia seburuk dari penilaianmu,  Begitu juga sebaliknya, jika dia terlihat baik, belum tentu kamu lebih buruk dari dia dan belum tentu dia sebaik menurut penilaianmu, maka amannya bersikaplah pertengahan. Berpandanglah positif thingking, dan perbanyaklah diam. Berbicara jika ucapanmu bernilai dan bisa kamu pertanggungjawabkan, dan diamlah jika dalam pendapatmu masih ada keraguan. 

Kamu yang ingin di anggap keberadaannya maka berbuatlah, bergeraklah, bekerjalah, berjuanglah hingga penghargaan itu menemuimu sendirinya. Tapi bagimu pribadi, belajarlah menganggap keberadaan dan karya kerja orang lain. Yakinlah dengan mengakui keberadaan orang lain kamu juga akan di akui dengan sendirinya.

Wallahua’alam, Wallahu’alimum Bima fisshuduur, Wallahu Akbar, Laa haulaa wa laa quwwata illa billahil’aliyyil ‘adzim.

***


Saturday, April 25, 2020

Persiapan itu bersifat Fardlu'ain; maka persiapkanlah semaksimal yang kamu bisa.

Sabtu, 25 April 2020
Medan, 02 Ramadhan 1441 H

***

Persiapan matang mengantarkanmu pada ketenangan. Dalam banyak kasus sebenarnya manusia itu terlahir berani dan siap menghadapi seluruh masalahnya sendiri. 

Namun setelah bertambahnya usia terpaksa harus mengenal pahit-manis, senang-sedih, susah-payah, amukan-kerohiman, marahan-kasih sayang, pujian-makian, kebenaran-kesalahan, kemunafikan-keabu-abuan, kesaksian palsu-kebenaran yang bungkam dan barisan penjilat tanpa rasa malu, sehingga tanpa disadari keberanian berangsur berkurang, ketidakyakinan membuatnya skeptis para dirinya sendiri. Hilang jati diri, Susah beradaptasi. Terakhir mencari rasa aman tanpa mengandalkan dirinya lagi, sebab kepercayaan dirinya hilang ditelan minder diri.

Melihat pada tujuan penciptaannya, Manusia adalah prototipe [Baca: Bentuk Asli] khalifah terbaik di muka Bumi. Di Dunia hidupnya terjaga jika Allah swt adalah tujuannya. Atas izin-Nyalah seluruh malaikat selalu menyebutkan namanya, penduduk langit rindu bertemu dengannya, seluruh penduduk laut mendo’akan untuk rizkinya. Dalam upaya menciptakan sosok manusia yang sempurna, manusia harus memiliki sisi kelebihan yang bisa bermanfaat bagi sesama. Maksimalkan yang kamu punya, persiapkan hingga benar-benar matang, maka kamu akan menjadi lebih dari makhluk ciptaan Allah swt yang lainnya. 

Sebagai satu contoh, jika kamu berkelebihan dalam berorasi; tata bahasamu, rangkai konsepmu, dengan orasimu buka pintu hati pendengarmu untuk selalu ingat pada Allah swt. 

Jika kamu seorang guru, persiapkan pola/metode/cara terbaik dalam mengajarmu, buat agar muridmu paham terhadap apa yang kamu jelaskan, karena keikhlasan mengajarmu termanifestasikan dari bagaimana muridmu. Jika paham mereka, ikhlaslah dirimu tanpa terkecuali. 

“Tidak ada murid yang bodoh yang ada guru yang kurang bersabar, guru yang kurang ikhlas menambahkan ekstra tenaga dan waktu untuk muridnya yang berbeda dengan yang lainnya.” 

Siapapun kamu, apapun profesimu persiapkan itu matang-matang, dan berbuat lah sekuat yang kamu bisa, bermanfaatlah sebanyak yang kamu bisa, mudah-mudahan syurgalah tempatmu beristirahat dari dinamika dunia yang fana.

Pada intinya coretan singkat ini, ingin menitik beratkan pada persiapan. Manusia harus benar-benar memiliki persiapan, bukan saja harus tapi WAJIB [Baca: Fardlu 'Ain). 

Sampaipun berkendraan tanpa alat keselamatan seperti helm, kamu sudah harus ada persiapan mental jika nanti bertemu polisi dan kamu harus juga bersiap jika terjadi kecelakaan misalnya (na’uzubillah) Karena dunia dan akhirat ibarat koin yang memiliki 2 sisi dalam logam yang sama. 

Hukum sebab-akibat melekat dalam hidup manusia. Sebab persiapan yang matang di dunia, akibatnya mendapatkan syurga sebagai balasanya. Sebab kurang persiapan di dunia, akibatnya dibersihkan terlebih dahulu di Neraka, dalam balutan hukum Allah hukum sebab dan akibat tidak terkontaminasi politik kotor dunia. Maka jalan terbaik satu-satunya adalah. Persiapkan semaksimal yang kamu bisa.

Tidak ada ketakutan setelah berbekal; dan selalu ada keraguan jika hidup tanpa persiapan.
 -Irhas el Fata-


Wallahua’alam, Wallahu’aliimum Bimaa fisshuduur, Wallahu Akbar, Laa haulaa wa laa quwwata illa billahil’aliyyil ‘adziim.


***

Friday, April 24, 2020

Menjenguk Sahabat

Jum’at, 24 April 2020
Medan, 01 Ramadhan 1441 H


***
Setiap kita memiliki jalan hidup yang tidak sama, ada yang jalan hidupnya sejak awal kelahiran begitu sangat mengembirakan hingga tumbuh dewasa serba berkecukupan, berbagai keinginan dapat terpenuhi hingga akhirnya berumah tangga, bahagia hingga tutup usia. Namun ada juga yang kisah hidupnya berbeda. Hidupnya penuh halang-rintang, cobaan dan ujian, Semuanya seakan datang bertubi-tubi, sedang menghadapi satu masalah, belum habis sudah menghadapi masalah yang selanjutnya, dan begitulah seterusnya, yang demikian itulah kemapanan usia di uji, Apakah masih terlalu kekanak-kanakan dalam menyikapi masalah atau sudah cukup dewasa seraya bersyukur terhadap yang ada. Yah begitulah kira-kira kehidupan manusia yang selalu tidak sama antara satu dan lainnya.

Di awal malam Ramadhan kita berkunjung ke salah seorang teman, tujuannya menjenguk anaknya, dimana anak yang terhitung baru bulanan hidupnya telah di uji Allah swt dengan penyakit yang sangat mengerikan bagi yang mendengar, “Tumor”, pada usia belum genap setahun dia sudah 2 kali di operasi, diangkat tumornya hingga 85% dan sisanya di sedot secara bertahap, caranya dengan selang yang bisa menarik cairan dari selah kanan perut si anak. Menurut keterangan hasil tes “Biopsi” (prosedur untuk memastikan adanya kanker, dari semua cara diagnosis, biopsi adalah salah satu yang paling akurat.) menerangkan bahwa tumornya tidak ganas, namun hasil tes CT Scan (Mendeteksi area yang bermasalah) menerangkan bahwa tumornya berpotensi ganas. Ketidak singkronan hasil tes itulah yang membuat sang Ibu dari si dedeknya seketika lemas tak berdaya, sangat jelas ceritanya, sambil menyela air mata dia lanjutkan cerita tentang keadaan buah hatinya, akhir penjelasannya ia memohon do’a untuk kesembuhan buah hatinya, semoga setelah ini si Adek bisa pulih kembali, diangkat sakitnya, di jaga Allah hingga bisa hidup selayaknya bayi seusianya.

Sebuah kunjungan teman akrab yang sangat lama tak pernah berjumpa, sangat menggugah hati, membuat hati bersyukur masih diberi kesehatan dan kelapangan waktu, yang karenanyalah kami bisa bertemu sahabat lama, sambil berbagi cerita, mendo’akan satu sama lainnya dan menghibur satu sama lain. Semoga Allah swt menjaga kesehatan mereka sekeluarga, memurahkan rezeki para pembaca dan menjadikan diri kita semuanya lebih baik dari sebelumnya. Aamiin ya Rabbal’alamiin.

Wallahua’alam, Wallahu’aliimum Bimaa fisshuduur, Wallahu Akbar, Laa haulaa wa laa quwwata illa billahil’aliyyil ‘adziim.
***

Dalam Feed

Dalam Artikel Baru

Display


*PENGALAMAN NYANTRI: Menikmati Setiap Detik Proses Kelak Menjadi Pengalaman Beresensi