Iklan Multipleks Baru

Thursday, June 29, 2023

Pengalaman Nyantri: Aktivitas di Pesantren Memiliki 4 Musim Yang Selalu Berputar

Aktivitas di pesantren memiliki 4 (empat) musim yang selalu berputar. Antara satu musim dengan musim yang lainnya merupakan pembelajaran berkelanjutan tidak terputus. Empat aktivitas musiman tersebut adalah: Pertama musim perkenalan disebut dengan khutbatul ‘arsy. Kedua musim aktif belajar. Ketiga musim ujian dan keempat musim liburan. Dalam hal ini antara satu musim ke musim yang lainnya tidak pernah putus, berjalan selama 4 sampai 6 tahun bagi santri-santriwati yang hidup di pondok. 

Menariknya 4 musim ini memiliki agenda kegiatannya masing-masing, sedikit perubahan siklus lingkungan, mampu merubah kebiasaan santri, sehingga menjadi lebih fokus pada yang dituju.

 

Lebih jelas kembali dijabarkan lebih mendetail:


Pertama musim perkenalan yang disebut dengan musim khutbatul ‘Arsy.


Ialah sejenis kuliah umum, pengenalan pesantren di awal tahun kepada penduduknya. Menjadi baru bagi yang baru saja mendengarkannya, dan penguatan ingatan bagi yang terus mengikutinya setiap tahunnya. Semua diperkenalkan di sana, dari mulai wali kelas baru, pesantren secara utuh, visi-misinya, panca jiwanya, lagu hymnenya, kuliah umum tentang materi-materi pentingnya, cara berpakaian di pesantren, pembacaan tenko disiplin santri, perlombaan kegiatan shalawat antar asrama, aneka ria, upacara apel tahunan dan beragam aktivitas keilmuan dan kegiatan fisik lainnya yang masih banyak lagi. 

 


Kedua musim Aktif Belajar.


Tidak ada aktivitas selain dari pada masuk kelas, pemberian ‘mufrodat’ (kosa kata baru), ‘muhadasah’ (percakapan/dialog berbahasa arab), olah raga ringan setiap sore dan belajar bersama wali kelas malam harinya, begitulah sepanjang hari waktu bergulir pada musim aktif belajar. Walau terlihat padat, dan terkesan berat, namun ajaibnya jika dijalani saja, tanpa terasa 3 bulan telah berlalu, diselingi kegiatan ektra kulikuler, eh tidak terasa sudah memasuki ulangan umum, lalu tak lama ujian, setelah itu liburan kembali. Cepat sekali waktu berlalu pada musim aktif belajar ini.

 


Ketiga musim ujian.


Pada masa ini seluruh aktivitas non akademis, mendadak di ‘off’ kan seluruhnya untuk sementara waktu, semua difokuskan untuk belajar, membaca, memahami, menghafal, bertaya pelajaran, berdikusi, mencari referensi, dan menjelaskan kepada orang lain. Begitulah seterusnya.

 


Keempat musim liburan.


Apapun tidak ada yang bisa menggantikan ini, adalah sebuah kebahagiaan tiada tara, kebiasaan yang mahal harganya. Musim yang sangat ditunggu-tunggu ketika di pesantren, namun anehnya sudah lama di rumah rindu pesantren, rindu teman-teman di sana, eh begitu balik pesantren rindu apa-apa dan siapa-siapa yang di rumah.

 

Hal unik dari setiap musim ini, seperti bergerak auto pilot, tanpa ada yang mengarahkan telah otomatis jalan sendiri. Setiap kali musim berganti, selalu ada tradisi-tradisi baru yang datang kemudian mewarnai, lalu tanpa disadari itu adalah penghantar ke fokusan. Tidak merasa terbebani mengikuti disiplin, tapi serasa berjalan normalnya kehidupan manusia, cukup menjalani saja, tanpa merasa diri  ditertibkan dengan sistem yang terbangun. 

 

Setibanya masa ujian, seluruh ‘vibes’ menjadi 'vibes' ujian. Saat tiba pekan olah raga, seluruh lingkungan pondok sibuk dengan beragam macam olah raga dan latihannya. Saat musim belajar, setiap santri fokus menjalani aktivitas sekolahnya, saat liburan, santripun tak pernah muncul di pesantren, walau tuk singgah melihat-lihat. Hal ini agaknya menjadikan santri paham akan kondisi, paham apa yang harus dilakukan apa yang harus dijalani. "di setiap tempat ada perkataan yang baik sesuai dengan tempat tersebut dan setiap perkataan ada tempat yang sesuai dengan kata tersebut" begitu falsafah di pondok selalu mengajarkan.

 

Timbul sebuah pertanyaan lantas kalau dia santri/santriwati baru, apakah ia akan juga mudah memahami sistem tersebut? Dapatkah mereka menjadi bagian dari sistem yang baik tersebut?

 

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kiranya ada beberapa poin yang mestinya mewakili jawaban yang mudah-mudahan tepat sasaran.

 

Pertama: Santri/santriwati baru adalah anak emas yang selalu diperhatikan, jadi wali murid jangan khawatir.

 

Apakah itu santri, atau orang tua santri, jangan ragu dan jangan takut. Sebab seluruh santri baru, akan cepat beradaptasi selama dia tinggal di pondok, tidak terkecuali seorangpun. Dengan syarat mutlak tidak sering-sering izin pulang meninggalkan pondok dengan alasan apapun itu, dan orang tua telah tulus ikhlas agar anaknya dididik di pondok. Insya Allah, anak akan beradaptasi dan perlahan memahami sistem pondok

 

Kedua: Orang tua harus yakin sepenuhnya, jika anaknya telah lulus di pondok itu tandanya dia adalah termasuk anak-anak yang terpilih.

 

Bukankah orang-orang terpilih selalu memiliki kekhususan yang lebih. Lebih baik, lebih aktif, lebih hebat, lebih kuat, lebih cepat berkomunikasi, lebih cepat menangkap pelajaran, lebih cepat bergaul, sudah mulai paham akan sebuah kemandirian, dan walaupun kita tidak tahu apa kelebihan anak kita, yakinilah itu karena keterbatasan kita yang tak paham, tapi si anak dapat paham lebih baik tentang dirinya insya Allah. 

 

Ketiga: Anak akan mengikuti sistem yang baik, sebab lingkungan telah menyokong hal ini secara auto pilot.

 

Adalah sebuah keberuntungan ketika seorang santri membuka mata dan telinga untuk merasakan apa yang terjadi di sekitarnya; sebab dengan demikian apa yang dilihatnya, apa yang didengarnya, menjadi bagian dari pendidikan yang akan menjadikannya maju dari waktu ke waktu.


Demikianlah catatan singkat Pengalaman Unik ini, semoga para pembaca blog bisa menikmati pengalaman nyantri ini.

2 comments :

  1. kalau saya sih paling suka musim perpulangan
    karna? Pulangggggggggggggggggggggggggggggggggg

    ReplyDelete

Terima kasih telah mengunjungi dan berkomentar bijak di situs ini.

Dalam Feed

Dalam Artikel Baru

Display


*PENGALAMAN NYANTRI: Menikmati Setiap Detik Proses Kelak Menjadi Pengalaman Beresensi