Iklan Multipleks Baru

Saturday, July 8, 2023

Pengalaman Nyantri Unik: Seni Menyimpan Kunci Lemari Santri

Seni Menyimpan Kunci Lemari Santri

Ada fenomena unik nan lucu di kalangan santri, terutama santri baru, kebiasaan menyimpan kunci yang tak akan pernah terlupakan. Indah dikenang sendirian, terkadang juga merasa lucu sendiri saat diingat-ingat berulang-ulang. membantu para pembaca mengulang kenangan, membaca catatan ini barang sebentar. 

 

 

Pertama: Mengikat Kunci Dengan Tali ID Card dan Mengalungkannya.

 

Mengingat betapa pentingnya kunci lemari bagi santri, maka cara menyimpan yang aman dan mudah, menjadi bahan perbincangan di antara mereka. Satu fenomena yang paling banyak terjadi di kalangan santri baru ialah mengikat kuncinya dengan tali id card, selain itu ada juga yang memakai tali yang biasa digunakan untuk gantungan handphone, selain itu ada juga membuat tali sendiri dengan caranya, dengan bahan-bahan yang mereka miliki. Goalnya hanya satu,  dengan mengalungkannya seperti dasi, cukup untuk meyakinkan mereka bahwa si kunci akan aman terkendali.

 

Kedua: Mengikat Kunci di Mainan Kunci.

 

Mainan kunci diikatkan di kunci adalah hal biasa, tapi tidak bagi santri yang lebih selektif dalam memilah-milih kunci. Selalu yang menjadi favorit adalah mainan kunci yang ada cantolannya, baginya itu sangat berguna untuk dicantolkan diikat pinggang, dan ini bekerja sangat maksimal, menjadi mainan kunci paling terfavorit bagi mereka. 

 

Namun bagi santri lama biasa sudah malu menggunakan trik ini, dan beralih ke gantungan kunci yang tipis, ringan, berbahan plastik, agar bisa dibawa ke mana saja dan gampang bawanya di berbagai medan tempur santri, di kamar, di lapangan, di kamar mandi, di dapur, di masjid, di kelas, dan di berbagai aktifitas lain dari biasanya.


 

Ketiga: Menyimpan Kunci di Al-Qur’an yang Ada ‘Zipper’ (Ritsletingnya)

 

Ada seni menyimpan kunci di dalam al-Qur’an yang ada ritsletingnya. Terkhusus pada waktu shalat berjama’ah ke masjid. Karena bagi mereka sulit untuk membawanya dalam kantong, maka diselipkanlah kunci tadi di antara lembaran Qur’an. Karena biasanya di situ tempat aman untuk memastikan kuncinya tidak terjatuh atau hilang. 

 

Keempat: Menyimpan Kunci Di Bagian-Bagian Tersembunyi Dari Sisi Lemari.

 

Lemari memiliki 6 sisi umumnya, atas, bawah, depan, belakang, kanan dan kiri. Satu dari sisi ini biasanya dijadikan tempat rahasia untuk menyimpan kunci lemarinya, agar tidak sulit-sulit membawanya, dan dipastikan tidak beresiko hilang, tapi kalau ketahuan oleh pengurus rayon, resikonya akan dimarahi dan dinasehati lama dan panjang lebar. Hal ini jarang dipraktekkan santri baru, biasanya yang selalu seperti ini anak lama (baca: santri lama).  

 

Gambaran penyimpanannya kadang lemari diangkat sedikit, lalu kunci diselipkan di bawah; kalau di atas terkadang diselipkan di antara bagian barang-barang yang diletakkan di atas lemari; kalau di sisi kanan atau kiri, biasanya disimpan di ember yang tertumpuk, dan terakhir kalau di belakang, terkadang santri membuat seperti kotak berukuran kecil seperti kotak pasta gigi, lalu ditempelkan di bagian belakang lemari, sehingga kunci yang mini tadi tinggal dimasukkan saja di sana. Lagi-lagi yang mempraktekkan ini biasanya santri lama. Santri baru belum paham cara seperti ini.

 


Kelima: Menyimpankan Kunci Dengan Teman.

Dalam berteman biasanya santri memiliki teman ‘bestie’nya sendiri-sendiri, saking percayanya semua apa isi lemari, pakaian, buku, ‘toam’ (makanan), dan peralatan lainnya mereka saling berbagi. 

 

Ini tidak banyak tapi ada, biasanya santri yang rada teledor dan pelupalah yang menyimpankan kuncinya pada teman kepercayaannya. Biasanya teman yang lebih rapi dan tertib darinya.

 


Keenam: Santri yang Tidak Memiliki Kunci.

Di atas tadi, kita membahas tentang penyimpanan kunci, tapi ini tidak berlaku bagi mereka yang tidak memiliki kunci. Nah ini biasanya santri yang sudah tidak perduli urusan keamanan barang-barangnya, tidak perduli hilang atau tidak, prinsip hidupnya saling berbagi, kalau hilang beli lagi, kalau belum beli ya pinjam dengan teman kanan kiri, ada santri seperti ini? Iya ada saja, tapi tidak mendominasi, dan biasanya ini tipe santri yang uang jajannya di atas santri rata-rata. 

 

Tapi jangan takut santri seperti ini juga ‘mudabbir’ telah memiliki trik yang beribu lebih banyak untuk menyadarkan sifatnya yang tidak baik ini, dari mulai diingatkan baik-baik, dinasehati berkali-kali, lemari dikeluarkan dari kamar dan dipindahkan ke depan kamar, jika tidak mempan juga, lemari diturunkan di bawah dan diletakkan di lapangan, jika tidak bisa juga pengurus akan mengajukan namanya kepada keamanan santri untuk memindahkan santri tersebut ke rayon lain, karena sikapnya yang tidak mau diatur, biasanya pada tahapan ini dia pun insaf, takut kalau-kalau asrama baru tidak sebaik saat ini pengurusnya. Singkat cerita diapun insaf dan kembali ke jalan yang benar.

 

Demikianlah kehidupan bermasyarakat  santri, seperti mewakili master plan hidup di masyarakat, bedanya santri masih diingatkan dengan lapisan-lapisan penasehat.

 

Setiap kali santri salah dan bermasalah yang turun tangan untuk menasehatinya banyak. Dari mulai teman sendiri, teman sesama konsulat, ketua angkatan, wali kelas, wali konsulat, abangan kelas 6, pengurus di rayon, pengurus organisasi pusat dan sampai akhirnya pada berhenti di pengasuhan santri biasanya. Jika masih tidak mau dinasehati, maka tanggungjawab pendidikan akan dikembalikan kepada orang tuanya.

 

 

Kami yakin, setiap santri memiliki cerita khusus yang lebih lucu, unik dan menarik,  terkait hal ini. Saat teman-teman buka bicara tentang pengalaman, saat itu juga kran sedekah akan dibuka deras. Waallahua'alam.


Jika berkenan, bolehlah berbagi di kolom komentar ya,.. Pasti seru..

 

Terima kasih sudah membaca sampai sejauh ini,… Semoga terhibur.

0 comments :

Post a Comment

Terima kasih telah mengunjungi dan berkomentar bijak di situs ini.

Dalam Feed

Dalam Artikel Baru

Display


*PENGALAMAN NYANTRI: Menikmati Setiap Detik Proses Kelak Menjadi Pengalaman Beresensi